Tidak dipungkiri bahwa kondisi ini juga bisa membuat para pengungsi terkena berbagai macam gangguan kesehatan. Tidur di tempat terbuka, kurangnya makanan dan air bersih memperparah kondisi mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kolera
|
Foto: Thinkstock
|
Infeksi ini menyebabkan diare berat sehingga memicu terjadinya dehidrasi secara cepat. Ini sering menjadi ancaman bagi para pengungsi setelah bencana alam.
Demam tifoid
|
Foto: BSIP/UIG Via Getty Images
|
Gejalanya termasuk demam tinggi berkisar dari 39-40 derajat celsius, lemas, sakit perut, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Beberapa orang juga mengalami diare atau justru bisa mengalami konstipasi (sembelit).
Disentri
|
Foto: iStock
|
Parahnya, diare dapat membahayakan nyawa seseorang dalam 24 jam. Namun, sebagian besar kasus sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Gejalanya yaitu diare cair berdarah, demam, sakit perut, kram perut dan kembung, hilangnya nafsu makan, sakit kepala, muntah, dan dehidrasi.
Leptospriosis
|
Foto: Thinkstock
|
Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala berat, menggigil, nyeri otot, dan muntah. Orang yang terinfeksi juga dapat mengalami penyakit kuning, mata merah, sakit perut, dan muncul ruam.
Jika tidak segera ditangani, pasien dapat mengembangkan kerusakan ginjal, meningitis, gagal hati, dan gangguan pernapasan.
Hepatitis A dan E
|
Foto: internet
|
Orang dengan hepatitis A dan E harus beristirahat total, tetap terhidrasi dan makan makanan bergizi.
Halaman 2 dari 6











































