Jauh sebelum terjadi kasus serupa Nadya Almira, media sosial sebetulnya adalah ujian kesetiaan bagi pasangan.
Dikutip dari Psychology Today, pakar komunikasi Zack Carter dari Taylor University, Amerika Serikat, menyinggung bahaya media sosial bagi kehidupan rumah tangga. Beragam platform memungkinkan suami atau istri berkomunikasi dengan pihak ketiga tentang berbagai hal yang seharusnya bersifat pribadi. Komunikasi ini tak harus bersifat privat karena juga bisa terjadi terang-terangan, misal membandingkan pasangan atau mengunggah foto dan dokumen yang bukan konsumsi umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati berbahaya, media sosial tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini. Carter menyarankan pasangan yang telah menikah melaksanakan prinsip berikut di media sosial.
Pertama adalah tidak follow mantan, orang yang mungkin tertarik, atau menarik perhatian. Selanjutnya batasi durasi berselancar di media sosial hanya pada saat waktu bebas. Pembatasan untuk menekan risiko stalking, ngobrol, atau mengunggah berbagai hal yang berisiko mengganggu pernikahan.
Saran lainnya adalah bijak, rasional, dan berkepala dingin saat di media sosial. Pasangan tidak perlu terpancing obrolan yang membandingkan atau memicu keterikatan emosi dan seksual. Carter menekankan pentingnya kewaspadaan karena obrolan tersebut kerap terjadi tanpa sadar.
Carter juga kembali mengingatkan untuk tidak asal mengunggah dokumen perkawinan, perceraian, atau potongan percakapan yang seharusnya menjadi dokumen pribadi. Urusan rumah tangga sebaiknya diselesaikan secara privat, tanpa campur tangan pihak lain yang justru tak menyudahi masalah.
Baca juga: Suka Nyinyir, Apakah Termasuk Gangguan Jiwa? |











































