Penolakan masyarakat disebut oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono karena adanya keraguan akan kehalalan vaksin MR tersebut.
Namun, Anung mengatakan bahwa tidak dilakukannya imunisasi MR ini bisa berdampak pada mewabahnya penyakit campak yang dapat menular dengan mudah, terutama pada ibu hamil. Risikonya pun akan sama seperti daerah yang sama sekali tidak melakukan imunisasi MR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Taruh di luar Jawa 40 persen, 60 persen di Jawa. Berarti kan 40 persen dari 1,5 juta, kira-kira 500-600an ribu. Kalau kemudian mereka tertular di daerah tadi yang tidak ada ini (imunisasi), tahun depan kita sudah panen dong dengan rubella congenital syndrome, meski segala sesuatunya tidak head to head," lanjutnya.
Rubella congenital syndrome sendiri akan membuat bayi lahir dengan cacat, bahkan bisa menimbulkan masalah yang cukup serius dan kompleks, seperti kelainan jantung, katarak, masalah pada otak, dan masalah pada tumbuh kembangnya.
Anung menambahkan, jika masyrakat tidak mau melakukan imunisasi MR pada anaknya, maka harus bersedia menanggung semua dampak yang akan terjadi nantinya.
"Kalau kamu disediain minum sehat, tapi milih air comberan, kamu kalau sakit nggak usah sambat saya. Itu harus disampaikan secara konkret meski persuasif. Nggak boleh orang egois hanya dengan pendapatnya sendiri," tegasnya.
"Terus siapa yang harus menyadarkan? Kita semuanya. Anda yang membuat sebuah komunitas nih harus sadar, eh inget dong kalau kamu hanya satu saja yang diimunisasi, tahu nggak kamu berpotensi menularkan ke saya, tapi juga sebaliknya kamu berpotensi tidak jadi seperti saya," tutupnya.











































