5 Faktor Pemicu Kanker Usus, Penyakit yang Menggerogoti Titi Qadarsih

5 Faktor Pemicu Kanker Usus, Penyakit yang Menggerogoti Titi Qadarsih

Rosmha Widiyani - detikHealth
Senin, 22 Okt 2018 19:35 WIB
5 Faktor Pemicu Kanker Usus, Penyakit yang Menggerogoti Titi Qadarsih
Foto: Repro Instagram Indra Qadarsih
Jakarta - Mantan model senior Titi Qadarsih berpulang pada Senin (22/10/2018), akibat kanker usus stadium empat. Menurut anaknya, Indra Qadarsih, penyakit tersebut telah diketahui sejak bulan Ramadhan 2018. Titi sempat diinapkan satu malam di hotel akibat keterbatasan kamar inap rumah sakit, sebelum akhirnya meninggal di RS Fatmawati.

Kanker usus kerap ditemukan pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit yang sebetulnya bisa dicegah ini berawal dari pertumbuhan gumpalan sel tidak berbahaya, yang disebut adenomatous polyps. Seiring waktu pertumbuhan sel makin ganas hingga membahayakan fungsi usus sebagai bagian dari sistem pencernaan.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini belum diketahui penyebab pasti kanker usus. Namun ada beberapa faktor yang memicu pertumbuhan sel hingga menjadi kanker usus. Berikut penjelasannya dikutip dari Mayo Clinic.

Pola makan tidak sehat

Foto: shutterstock
Kesibukan dan aktivitas sehari-hari kerap menjadi alasan makan seadanya yang penting kenyang. Dengan alasan tersebut, makanan siap saji yang minim serat dan tinggi lemak kerap jadi menu wajib sehari-hari.

Sama seperti konsumsi terlalu banyak olahan daging, pola makan minim serat meningkatkan risiko mengidap kanker perut saat lansia. Risiko ini bisa ditekan dengan sedapat mungkin makan sayur dan buah untuk mencukupi kebutuhan nutrisi sehari-hari.

Kurang olahraga

Foto: Thinkstock
Pola hidup sedentary berisiko meningkatkan berat badan hingga obesitas dan overwight. Orang yang kurang olahraga dan kelebihan berat badan berisiko lebih besar terkena kanker usus, dibanding yang memiliki bobot tubuh sesuai body mass index (BMI). Olahraga sekitar 30 menit sehari berefek besar dalam menurunkan risiko kanker usus dan penyakit tak menular lain, misal diabetes dan gangguan jantung.

Keturunan

Foto: Thinkstock

Risiko mengidap kanker perut lebih besar pada yang memiliki sejarah penyakit tersebut dalam keluarganya. Risiko makin besar seiring banyaknya anggota keluarga yang mengidap kanker perut. Genetic syndrome dalam kanker usus termasuk adenomatous polyposis dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer, yang kerap disebut sindrom Lynch.

Rokok

Foto: ilustrasi/thinkstock

Rokok dengan berbagai kandungan kimia telah terbukti berbahaya bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya kanker usus, perokok berisiko besar mengalami penyakit degeneratif lainnya. Perokok bisa mengurangi risiko terkena kanker usus dengan secepatnya tidak lagi menghisap rokok secara aktif dan pasif.

Diabetes

Foto: thinkstock

Seseorang dengan diabetes dan resistensi insulin berisiko lebih besar terkena kanker usus. Penyakit yang berakar dari metabolc syndrome ini mampu merusak usus dan organ lain dalam sistem pencernaan, hingga menjadi radang dan kanker bila tak segera ditangani.
Halaman 2 dari 6
Kesibukan dan aktivitas sehari-hari kerap menjadi alasan makan seadanya yang penting kenyang. Dengan alasan tersebut, makanan siap saji yang minim serat dan tinggi lemak kerap jadi menu wajib sehari-hari.

Sama seperti konsumsi terlalu banyak olahan daging, pola makan minim serat meningkatkan risiko mengidap kanker perut saat lansia. Risiko ini bisa ditekan dengan sedapat mungkin makan sayur dan buah untuk mencukupi kebutuhan nutrisi sehari-hari.

Pola hidup sedentary berisiko meningkatkan berat badan hingga obesitas dan overwight. Orang yang kurang olahraga dan kelebihan berat badan berisiko lebih besar terkena kanker usus, dibanding yang memiliki bobot tubuh sesuai body mass index (BMI). Olahraga sekitar 30 menit sehari berefek besar dalam menurunkan risiko kanker usus dan penyakit tak menular lain, misal diabetes dan gangguan jantung.


Risiko mengidap kanker perut lebih besar pada yang memiliki sejarah penyakit tersebut dalam keluarganya. Risiko makin besar seiring banyaknya anggota keluarga yang mengidap kanker perut. Genetic syndrome dalam kanker usus termasuk adenomatous polyposis dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer, yang kerap disebut sindrom Lynch.


Rokok dengan berbagai kandungan kimia telah terbukti berbahaya bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya kanker usus, perokok berisiko besar mengalami penyakit degeneratif lainnya. Perokok bisa mengurangi risiko terkena kanker usus dengan secepatnya tidak lagi menghisap rokok secara aktif dan pasif.


Seseorang dengan diabetes dan resistensi insulin berisiko lebih besar terkena kanker usus. Penyakit yang berakar dari metabolc syndrome ini mampu merusak usus dan organ lain dalam sistem pencernaan, hingga menjadi radang dan kanker bila tak segera ditangani.

(up/up)

Berita Terkait