Lion Air JT 610 Jatuh, Perhimpunan Dokter Penerbangan Angkat Bicara

ADVERTISEMENT

Lion Air JT 610 Jatuh, Perhimpunan Dokter Penerbangan Angkat Bicara

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 29 Okt 2018 18:33 WIB
Proses evakuasi Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang masih dilakukan. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta - Penerbangan Lion Air JT 610 dilaporkan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10) pagi. Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu hilang kontak dengan menara kontrol pukul 06.33 WIB mengangkut 189 orang termasuk awak kabin.

Terkait hal tersebut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (Perdospi) dr Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, menyampaikan komentar resminya. Saat ini penyelidikan oleh tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih berlangsung untuk memeriksa faktor-faktor penyebab jatuhnya pesawat dan tiga anggota Perdospi yang masuk dalam anggota tim tersebut terutama melakukan investigasi dari sisi kesalahan manusia.



Menurut dr Wawan kasus kecelakaan pesawat terbang biasanya melibatkan banyak faktor. Oleh karena itu penting untuk mengindektifikasi faktor-faktor apa saja yang berkontribusi agar tahu keseluruhan ceritanya.

"Perdospi telah mengerahkan SDM untuk menyelidiki kejadian-kejadian kecelakaan pesawat udara, termasuk kecelakaan Lion Air ini," tulis dr Wawan dalam pesannya kepada awak media, Senin (29/10/2018).

"Perdospi concern terhadap upaya meminimalisir kecelakaan pesawat dari sisi human factor dengan melakukan pemantauan kesehatan para pilot oleh anggota Perdospi baim di Balai Hatpen, sebagai Designated Aviation Medical Examiner (DAME), maupun di KKP, bandara2 dan maskapai penerbangan," lanjutnya.

Satu hasil investigasi awal yang didapat KNKT dan disampaikan oleh dr Wawan menemukan bahwa Lion Air JT 610 masih dalam fase lepas landas dan masih belum mencapai ketinggian maksimal. Biasanya dalam fase tersebut yang banyak dihadapi adalah masalah teknis.

"Berdasarkan data yang ada dalam kecelakaan saat take off, umumnya dari multifaktorial yang ada, penyebab terbanyak adalah "technical error". Namun walaupun lebih kecil kemungkinan, faktor manusia/human factor masih mungkin terjadi," pungkasnya.

(fds/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT