Dijelaskan oleh praktisi Tension & Trauma Releasing Exercise (TRE) Hindra Gunawan bahwa kebanyakan orang mungkin akan memilih menyimpan stres dalam-dalam saat menghadapi masalah. Hal ini keliru karena bila dibiarkan stres akan menumpuk hingga akhirnya menyebabkan gejala fisik (psikosomatik).
Meski untuk sesaat respons menyimpan stres ini bisa membuat seseorang terhindar dari konflik, dalam jangka panjang dirinya rentan mengalami masalah kejiwaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Apa Sih Bedanya Stres dan Depresi? |
Respons kedua adalah dengan meluapkan secara ekspresif stres yang dihadapi. Cara kedua ini bila tidak dilakukan dengan hati-hati dapat memicu konflik bahkan hingga berujung kekerasan.
"Diungkapkan, diekspresikan, dilampiaskan. Ini yang biasa membuat piring terbang atau handphone melayang. Menyelesaikan masalah? Tidak," lanjutnya.
Nah respons terbaik untuk menghadapi stres dikatakan oleh Hindra adalah dengan mengikhlaskannya dan cara ini memang yang paling sulit dilakukan. Oleh karena itu orang-orang mungkin membutuhkan bantuan para ahli seperti psikolog untuk mengajari caranya mengikhlaskan masalah dan stres yang dihadapi.
"Cara terbaik adalah lepaskan, ikhlaskan. Ini teknik respons stres yang enak diomonginnya tapi susah di otak. Orang-orang seperti kita butuh saran karena cuma yang spiritualnya tinggi bisa melakukan ini," pungkas Hindra.











































