Jakarta -
Siapa yang sejak kecil menjadi 'anak Ayah'? Ataukah kamu seorang ayah yang sering menghabiskan waktu bersama anak-anaknya?
Terkadang banyak orang menganggap ketika seorang anak dekat dengan ayah justru membuat anak jadi manja. Padahal justru ada beberapa keuntungan dan manfaat tersendiri menjadi anak yang bertumbuh dekat dengan sang ayah.
Berikut adalah 4 keuntungannya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak jadi lebih sehat
Foto: Istock
|
Saat seorang anak kehilangan ayahnya akibat kematian atau perceraian meningkatkan risiko penyakit serius saat dewasa, menurut studi terbaru. Studi yang meninjau 5 ribu anak muda ini menemukan absennya seorang ayah dapat merusak telomeres, bagian vital dari DNA yang melindungi sel-sel.
Absennya seorang ayah akibat perceraian memendekkan telomeres hingga 14 persen, sedangkan akibat kematian bisa memendekkannya sekitar 16 persen. Perpendekkan telomeres ini terkait dengan penuaan dini dan kanker. Beberapa peneliti dari Princeton University mengungkapkan stres yang dialami oleh anak-anak yang kehilangan ayahnya menjadi penyebab dari perpendekkan telomeres mereka, oleh karena itu kehadiran sosok ayah disinyalir membuat anak-anak jadi lebih sehat.
Anak punya IQ lebih tinggi
Foto: Istock
|
Walau sang ayah sendiri tak memiliki IQ yang begitu tinggi, hanya dengan terus terlibat dalam tiap kehidupan anak akan membuat mereka justru semakin cerdas dan sejahtera. Hal ini dibuktikan dalam penelitian dari University of Newcastle.
Sebuah studi pada tahun 2008 meneliti lebih dari 11 ribu anak usia 5 tahun di Inggris dan menemukan bahwa mereka yang sering menghabiskan waktu bersama ayahnya sejak kecil memiliki IQ yang lebih tinggi dan lebih aktif dalam bersosialisasi.
"Yang mengejutkan dari riset ini adalah perbedaan yang terukur dalam perkembangan anak yang dekat dengan ayahnya dan bagaimana tiga puluh tahun kemudian, orang-orang ini mengalami kemajuan lebih dan aktif. Data ini mengungkapkan bahwa memiliki orang dewasa terlibat saat masa kanak-kanak menghasilkan manfaat dalam hal keterampilan dan kemampuan yang bertahan saat dewasa nanti," tutur Dr Daniel Nettle, ketua peneliti studi tersebut, dikutip dari Telegraph.
Ayah akan lebih bahagia dalam pekerjaan
Foto: Instagram
|
Punya anak mungkin akan dibayangkan oleh beberapa ayah baru menjadi sangat melelahkan dan cukup mengganggu pekerjaan. Namun menurut studi yang dipublikasikan oleh The Academy of Management Perspectives tahun 2015, para ayah yang bekerja dan menghabiskan waktu bersama anak-anaknya justru memiliki kadar kepuasan bekerja lebih besar ketimbang yang tidak.
Laporan tersebut menyatakan pria yang memerhatikan keluarganya memang menjadi kurang fokus pada pekerjaan, namun tidak sampai merusak karir mereka. Penemuan ini dihasilkan lewat survei online dari nyaris seribu ayah bekerja, memberikan argumen bagi perusahaan untuk menempatkan penekanan yang lebih besar pada hal-hal seperti cuti bagi ayah, jam kerja yang yang fleksibel dan fasilitas anak.
"Beberapa organisasi mesti menyadari kebutuhan para ayah dan mendukungnya melalui program seperti pengaturan kerja yang fleksibel dan lewat cara informal, tidak menanyai pria yang datang terlambat dan pulang lebih cepat jika pekerjaan mereka sudah selesai lebih dulu," tegas Beth K Humberd, rekan penulis dari studi dan asisten profesor manajemen di University of Massachusetts.
Anak makin percaya diri
Foto: Istock
|
Anak yang bertumbuh bersama ayahnya dan menghabiskan waktu bersama, memiliki kepercayaan diri yang lebih besar hingga dewasa nanti. Sebuah studi yang dilakukan oleh para akademisi di Pennsylvania State University tahun 2012 mempelajari 200 keluarga.
Dalam studi tersebut, ditemukan anak-anak yang menghabiskan waktu bersama sang ayah "dapat meningkatkan harga diri karena ayah mereka melampaui harapan sosial untuk mencurahkan perhatian penuh kepada mereka".
Yuk para ayah selalu luangkan waktu untuk menemani sang anak bertumbuh menjadi lebih baik!
Saat seorang anak kehilangan ayahnya akibat kematian atau perceraian meningkatkan risiko penyakit serius saat dewasa, menurut studi terbaru. Studi yang meninjau 5 ribu anak muda ini menemukan absennya seorang ayah dapat merusak telomeres, bagian vital dari DNA yang melindungi sel-sel.
Absennya seorang ayah akibat perceraian memendekkan telomeres hingga 14 persen, sedangkan akibat kematian bisa memendekkannya sekitar 16 persen. Perpendekkan telomeres ini terkait dengan penuaan dini dan kanker. Beberapa peneliti dari Princeton University mengungkapkan stres yang dialami oleh anak-anak yang kehilangan ayahnya menjadi penyebab dari perpendekkan telomeres mereka, oleh karena itu kehadiran sosok ayah disinyalir membuat anak-anak jadi lebih sehat.
Walau sang ayah sendiri tak memiliki IQ yang begitu tinggi, hanya dengan terus terlibat dalam tiap kehidupan anak akan membuat mereka justru semakin cerdas dan sejahtera. Hal ini dibuktikan dalam penelitian dari University of Newcastle.
Sebuah studi pada tahun 2008 meneliti lebih dari 11 ribu anak usia 5 tahun di Inggris dan menemukan bahwa mereka yang sering menghabiskan waktu bersama ayahnya sejak kecil memiliki IQ yang lebih tinggi dan lebih aktif dalam bersosialisasi.
"Yang mengejutkan dari riset ini adalah perbedaan yang terukur dalam perkembangan anak yang dekat dengan ayahnya dan bagaimana tiga puluh tahun kemudian, orang-orang ini mengalami kemajuan lebih dan aktif. Data ini mengungkapkan bahwa memiliki orang dewasa terlibat saat masa kanak-kanak menghasilkan manfaat dalam hal keterampilan dan kemampuan yang bertahan saat dewasa nanti," tutur Dr Daniel Nettle, ketua peneliti studi tersebut, dikutip dari Telegraph.
Punya anak mungkin akan dibayangkan oleh beberapa ayah baru menjadi sangat melelahkan dan cukup mengganggu pekerjaan. Namun menurut studi yang dipublikasikan oleh The Academy of Management Perspectives tahun 2015, para ayah yang bekerja dan menghabiskan waktu bersama anak-anaknya justru memiliki kadar kepuasan bekerja lebih besar ketimbang yang tidak.
Laporan tersebut menyatakan pria yang memerhatikan keluarganya memang menjadi kurang fokus pada pekerjaan, namun tidak sampai merusak karir mereka. Penemuan ini dihasilkan lewat survei online dari nyaris seribu ayah bekerja, memberikan argumen bagi perusahaan untuk menempatkan penekanan yang lebih besar pada hal-hal seperti cuti bagi ayah, jam kerja yang yang fleksibel dan fasilitas anak.
"Beberapa organisasi mesti menyadari kebutuhan para ayah dan mendukungnya melalui program seperti pengaturan kerja yang fleksibel dan lewat cara informal, tidak menanyai pria yang datang terlambat dan pulang lebih cepat jika pekerjaan mereka sudah selesai lebih dulu," tegas Beth K Humberd, rekan penulis dari studi dan asisten profesor manajemen di University of Massachusetts.
Anak yang bertumbuh bersama ayahnya dan menghabiskan waktu bersama, memiliki kepercayaan diri yang lebih besar hingga dewasa nanti. Sebuah studi yang dilakukan oleh para akademisi di Pennsylvania State University tahun 2012 mempelajari 200 keluarga.
Dalam studi tersebut, ditemukan anak-anak yang menghabiskan waktu bersama sang ayah "dapat meningkatkan harga diri karena ayah mereka melampaui harapan sosial untuk mencurahkan perhatian penuh kepada mereka".
Yuk para ayah selalu luangkan waktu untuk menemani sang anak bertumbuh menjadi lebih baik!
(frp/up)