5 Tipe Pneumonia, Penyakit yang Sempat Diidap Stan Lee

5 Tipe Pneumonia, Penyakit yang Sempat Diidap Stan Lee

Frieda Isyana Putri - detikHealth
Selasa, 13 Nov 2018 14:00 WIB
5 Tipe Pneumonia, Penyakit yang Sempat Diidap Stan Lee
Foto: Istimewa
Jakarta - Sang penulis komik legendaris Marvel, Stan Lee, tutup usia pada Senin (12/11) kemarin. Sebelum meninggal, ia dikabarkan sempat mengidap pneumonia, yakni penyakit infeksi paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan bahkan oleh zat kimia.

Pneumonia merupakan kondisi di mana paru-paru mengalami infeksi yang menyebabkan peradangan. Alveoli atau kantung udara dalam paru-paru bisa berisi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan batuk berdahak, demam, kedinginan dan susah bernapas.

Berdasarkan penyebabnya, ada lima tipe dari penyakit tersebut. Dirangkum dari WebMD, berikut penjelasannya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Bacterial Pneumonia

Foto: DW (Soft News)
Bakteri, umumnya tipe Streptococcus, menyebabkan hampir banyak kasus pneumonia yang ditularkan lingkungan pada orang dewasa, seperti misalnya melalui batuk atau bersin. Droplet berisi bakteri akan berada di udara, di mana bisa saja kita hirup lewat mulut ataupun hidung.

Seseorang yang sistem imunnya lemah akan sangat rentan terkena pneumonia, dan juga para pengidap asma, emfisema atau penyakit jantung. Atau orang yang baru saja menjalani transplantasi organ, positif HIV, leukemia, limfoma, atau penyakit ginjal kronis juga memiliki risiko besar terkena penyakit ini.

Faktor risiko bacterial pneumonia antara lain berusia 65 tahun atau lebih, pemulihan dari operasi, tidak makan teratur dan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, merokok, terlalu banyak konsumsi alkohol dan memiliki viral pneumonia atau pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Gejala-gejala seperti batuk berdahak, demam lebih dari 40 derajat, napas cepat dan pendek-pendek, nyeri dada serta kelelahan dapat dikenali pada bacterial pneumonia atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Dokter biasanya akan meresepkan penggunaan antibiotik atau perawatan pernapasan jika kondisinya cukup parah.

Walking pneumonia

Foto: ilustrasi/thinkstock
Walking pneumonia juga disebut 'silent' pneumonia atau pneumonia yang tak biasa. Merupakan bentuk penyakit infeksi paru yang tak separah bacterial pneumonia. Gejalanya bisa sangat samar bahkan mungkin kamu tak sadar sedang mengidapnya, karena saat sedang mengidapnya kamu masih bisa mampu menjalani rutinitas seperti biasa, karena itu dinamai 'walking'.

Gejala yang umum dirasakan mirip seperti flu, yakni demam, batuk, sakit kepala dan kedinginan. Biasanya yang mengidap penyakit ini tak perlu dirawat di rumah sakit. Infeksi paru pada tipe pneumonia ini biasanya disebabkan oleh bakterium yang disebut Mycoplasma pneumoniae.

Tipe ini umum dialami oleh anak-anak, prajurit militer dan orang dewasa berusia di bawah 40 tahun. Kemudian orang-orang yang hidup dan bekerja di area ramai, misalnya sekolah, barak militer dan rumah sakit lebih rentan terpapar. Beberapa orang yang mengidapnya juga bisa mengalami infeksi telinga, anemia atau ruam di kulit.

Viral Pneumonia

Foto: DW (News)
Virus menjadi penyebab kedua terbanyak pada kasus pneumonia, bahkan termasuk virus-virus yang menyebabkan demam dan flu. Gejalanya pun hampir mirip dengan flu, seperti demam, kedinginan, batuk kering yang bisa menjadi semakin parah dan berdahak, hidung tersumbat, nyeri otot, sakit kepala, lelah dan lesu.

Antiobiotik tidak dapat menyembuhkan tipe satu ini, karena hanya bekerja pada bakteri. Sehingga, penanganannya biasanya tergantung dari jenis gejala yang dimiliki. Misalnya, jika kamu juga mengalami asma atau emfisema, berarti yang perlu diberikan adalah penanganan pernapasan.

Perbanyak minum untuk mengurangi penumpukan dahak di dada. Serta untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan demam, biasanya dokter akan meresepkan acetaminophen atau non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) seperti ibuprofen. Terkadang obat antivirus dan obat pelega napas juga disarankan.

Fungal Pneumonia

Foto: Pradita Utama
Jarang menjadi penyebab pneumonia, jamur biasanya akan memicu apabila seseorang sedang mengalami penurunana sistem imun. Misalnya baru saja menjalani operasi transplantasi organ, kemoterapi kanker, obat-obatan untuk penyakit autoimun dan HIV.

Cara penularannya dengan menghirup partikel-partikel mungil yang disebut spora jamur. Orang-orang dengan pekerjaan seperti petani yang bekerja dalam lingkungan banyak burung, kelelawar atau tikus, tukang bangunan atau tukang kebun yang bekerja dengan tanah, anggota militer yang bekerja dengan banyak debu berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Gejala dari fungal pneumonia tak jauh beda dengan tipe-tipe lainnya. Yang akan muncul lebih awal biasanya demam dan batuk-batuk.

Chemical Pneumonia

Foto: iStock
Tipe ini merupakan tipe langka dari kasus iritasi dan infeksi paru, hanya sedikit kasus pneumonia yang disebabkan oleh kimiawi. Pada tipe ini, peradangan pada jaringan paru disebabkan oleh racun atau toksin dari cairan, gas dan partikel kecil seperti debu atau asap.

Beberapa kimiawi tersebut hanya merusak paru-paru, namun beberapa materi racun bisa merusak organ lain dan berujung kerusakan serius atau bahkan kematian. Penularan pada tipe ini terjadi saat seseorang menghirup sekresi oral atau isi perut ke dalam paru-paru, yang lalu menyebabkan peradangan akibat efek racun dari asam lambung dan enzim pada jaringan paru.

Gejala yang timbul bisa bermacam-macam dan banyak faktor yang dapat menentukan keparahannya. Misal, seseorang yang terpapar klorin di dalam kolam renang dalam jumlah besar bisa saja mengalami gejala batuk dan mata pedas. Yang lain terpapar zat kimia yang sama dalam ruangan kecil bisa saja meninggal akibat gagal pernapasan.

Halaman 2 dari 6
Bakteri, umumnya tipe Streptococcus, menyebabkan hampir banyak kasus pneumonia yang ditularkan lingkungan pada orang dewasa, seperti misalnya melalui batuk atau bersin. Droplet berisi bakteri akan berada di udara, di mana bisa saja kita hirup lewat mulut ataupun hidung.

Seseorang yang sistem imunnya lemah akan sangat rentan terkena pneumonia, dan juga para pengidap asma, emfisema atau penyakit jantung. Atau orang yang baru saja menjalani transplantasi organ, positif HIV, leukemia, limfoma, atau penyakit ginjal kronis juga memiliki risiko besar terkena penyakit ini.

Faktor risiko bacterial pneumonia antara lain berusia 65 tahun atau lebih, pemulihan dari operasi, tidak makan teratur dan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, merokok, terlalu banyak konsumsi alkohol dan memiliki viral pneumonia atau pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Gejala-gejala seperti batuk berdahak, demam lebih dari 40 derajat, napas cepat dan pendek-pendek, nyeri dada serta kelelahan dapat dikenali pada bacterial pneumonia atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Dokter biasanya akan meresepkan penggunaan antibiotik atau perawatan pernapasan jika kondisinya cukup parah.

Walking pneumonia juga disebut 'silent' pneumonia atau pneumonia yang tak biasa. Merupakan bentuk penyakit infeksi paru yang tak separah bacterial pneumonia. Gejalanya bisa sangat samar bahkan mungkin kamu tak sadar sedang mengidapnya, karena saat sedang mengidapnya kamu masih bisa mampu menjalani rutinitas seperti biasa, karena itu dinamai 'walking'.

Gejala yang umum dirasakan mirip seperti flu, yakni demam, batuk, sakit kepala dan kedinginan. Biasanya yang mengidap penyakit ini tak perlu dirawat di rumah sakit. Infeksi paru pada tipe pneumonia ini biasanya disebabkan oleh bakterium yang disebut Mycoplasma pneumoniae.

Tipe ini umum dialami oleh anak-anak, prajurit militer dan orang dewasa berusia di bawah 40 tahun. Kemudian orang-orang yang hidup dan bekerja di area ramai, misalnya sekolah, barak militer dan rumah sakit lebih rentan terpapar. Beberapa orang yang mengidapnya juga bisa mengalami infeksi telinga, anemia atau ruam di kulit.

Virus menjadi penyebab kedua terbanyak pada kasus pneumonia, bahkan termasuk virus-virus yang menyebabkan demam dan flu. Gejalanya pun hampir mirip dengan flu, seperti demam, kedinginan, batuk kering yang bisa menjadi semakin parah dan berdahak, hidung tersumbat, nyeri otot, sakit kepala, lelah dan lesu.

Antiobiotik tidak dapat menyembuhkan tipe satu ini, karena hanya bekerja pada bakteri. Sehingga, penanganannya biasanya tergantung dari jenis gejala yang dimiliki. Misalnya, jika kamu juga mengalami asma atau emfisema, berarti yang perlu diberikan adalah penanganan pernapasan.

Perbanyak minum untuk mengurangi penumpukan dahak di dada. Serta untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan demam, biasanya dokter akan meresepkan acetaminophen atau non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) seperti ibuprofen. Terkadang obat antivirus dan obat pelega napas juga disarankan.

Jarang menjadi penyebab pneumonia, jamur biasanya akan memicu apabila seseorang sedang mengalami penurunana sistem imun. Misalnya baru saja menjalani operasi transplantasi organ, kemoterapi kanker, obat-obatan untuk penyakit autoimun dan HIV.

Cara penularannya dengan menghirup partikel-partikel mungil yang disebut spora jamur. Orang-orang dengan pekerjaan seperti petani yang bekerja dalam lingkungan banyak burung, kelelawar atau tikus, tukang bangunan atau tukang kebun yang bekerja dengan tanah, anggota militer yang bekerja dengan banyak debu berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Gejala dari fungal pneumonia tak jauh beda dengan tipe-tipe lainnya. Yang akan muncul lebih awal biasanya demam dan batuk-batuk.

Tipe ini merupakan tipe langka dari kasus iritasi dan infeksi paru, hanya sedikit kasus pneumonia yang disebabkan oleh kimiawi. Pada tipe ini, peradangan pada jaringan paru disebabkan oleh racun atau toksin dari cairan, gas dan partikel kecil seperti debu atau asap.

Beberapa kimiawi tersebut hanya merusak paru-paru, namun beberapa materi racun bisa merusak organ lain dan berujung kerusakan serius atau bahkan kematian. Penularan pada tipe ini terjadi saat seseorang menghirup sekresi oral atau isi perut ke dalam paru-paru, yang lalu menyebabkan peradangan akibat efek racun dari asam lambung dan enzim pada jaringan paru.

Gejala yang timbul bisa bermacam-macam dan banyak faktor yang dapat menentukan keparahannya. Misal, seseorang yang terpapar klorin di dalam kolam renang dalam jumlah besar bisa saja mengalami gejala batuk dan mata pedas. Yang lain terpapar zat kimia yang sama dalam ruangan kecil bisa saja meninggal akibat gagal pernapasan.

(frp/up)

Berita Terkait