"Menikah adalah sebuah keputusan besar untuk membangun ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami dan isteri dengan tujuan membangun keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa (UU Perkawinan No.I/Bab I Pasal I UUD RI). Artinya dibutuhkan kerjasama, saling bekerja bersama yang dapat membantu tercapainya kehidupan perkawinan yang harmonis. Selain itu juga, tanpa mengubah esensi diri, masing-masing pasangan saling rela dan tulus memberikan sebagian dari diri mereka untuk menciptakan keutuhan perkawinan bersama," kata Veronica Adesla, psikolog klinis dari personal Growth, Minggu (16/12/2018).
Tentu saja cinta dan kasih sayang adalah hal yang sudah perlu diperhatikan tapi harus ada pertanyaan reflektif lainnya yang harus bisa kamu jawab sebelum menikah. Misalnya, "Apakah kamu siap menjalani kehidupan perkawinan dengan berbagai balada rumah tangga yang akan dilalui bersama dengan orang ini?", "Apakah dia adalah orang yang tepat untuk dinikahi dan menikahi kamu?", "Apakah dia orang yang kamu inginkan menjadi teman hidupmu, suami atau istri serta jadi ayah atau Ibu dari anak-anakmu?", dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pertanyaan reflektif tersebut, ada juga beberapa indikator yang menunjukkan ketika seseorang sudah siap untuk menikah, di antaranya sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan untuk selalu menang dan mengalah.
b. Kemampuan untuk kompromi ketika mengatasi masalah.
c. Terpenuhinya rasa aman, berada dalam relasi yang sehat, tidak saling menghancurkan, dan tidak ada rasa takut untuk berbagi cerita, mengekspresikan pikiran, perasaan, dan tidak takut akan adanya kemungkinan penyalahgunaan informasi yang diberikan untuk berbagai alasan.
d. Kemampuan untuk saling memenuhi harapan masing-masing yang disepakati bersama mengenai kehidupan perkawinan maupun kehidupan pribadi (personal).
e. Ada kepercayaan untuk saling bekerjasama memberi dan menerima, serta bertanggung jawab menjalankan komitmen.
f. Adanya kesepakatan pembagian tugas, peran, dan tanggung jawab secara adil, baik yang sifatnya domestic maupun non-domestic, financial maupun non-financial.
g. Adanya ketulusan dan kerendahan hati dalam menjalin relasi dengan pasangan sehingga mau senantiasa mempelajari dan mengenal satu sama lain (yang akan terus berubah seiring waktu), sehingga dapat tercapai pertumbuhan bersama.











































