Tragedi Mahasiswa Tewas Dikeroyok, Psikolog Singgung Efek Provokasi

Tragedi Mahasiswa Tewas Dikeroyok, Psikolog Singgung Efek Provokasi

Widiya Wiyanti - detikHealth
Selasa, 18 Des 2018 13:15 WIB
Tragedi Mahasiswa Tewas Dikeroyok, Psikolog Singgung Efek Provokasi
Foto: Ilustrasi pengeroyokan (dok detikcom)
Jakarta - Muhammad Khaidir (23), mahasiswa yang tewas dikeroyok warga di sebuah masjid di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan menjadi korban dari hebatnya provokasi.

Menurut psikolog sosial dari Ikatan Psikolog Sosial Wahyu Cahyono, S.Psi, M.Si, kasus semacam ini bukanlah yang pertama kali terjadi yang menyebabkan massa terprovokasi untuk melakukan main hakim sendiri.

"Provokasi sendiri adalah tindakan untuk membangkitkan rasa marah. Rasa marah dalam kerumunan atau massa itu adalah sebuah kondisi yang dipicu karena sesuatu hal, di mana hal itu dianggap sebagai ancaman yang perlu segera direspons," ujarnya kepada detikHealth, Selasa (18/12/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Wahyu mengatakan bahwa dalam kondisi marah, kontrol diri cenderung melemah dan tidak jarang melakukan tindakan-tindakan yang dilakukan orang lain, terutama dalam keadaan ramai. Ini terjadi karena prosesnya cukup cepat.

Dalam kasus ini, Wahyu menegaskan bahwa kemarahan massa yang terjadi bukan merupakan sifat atau kepribadian, namun orang-orang tersebut mengalami proses psikologis ketika berada dalam kerumunan yang terprovokasi.

"Artinya bisa saja orang yang tenang atau santun sehari-hari, jika sudah terprovokasi akan menjadi lain sama sekali," tandasnya.



Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga menuturkan tragedi itu terjadi Senin (10/12) pekan lalu, bermula dari kedatangan Khaidir ke rumah seorang warga berinisial YDS, yang tinggal di dekat masjid. Khaidir ke rumah itu setelah sebelumnya ke masjid untuk salat, tapi pintunya tertutup. Khaidir menggedor rumah YDS dengan maksud meminta agar pintu masjid dibuka.

"Informasi keluarganya yang bersangkutan ingin melakukan salat. Ada misinformasi, ada miskomunikasi yang rumah ini menganggap seolah-olah ada suatu ancaman terhadap dirinya," tutur kata Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga seperti dikutip dari detikNews.

(wdw/up)

Berita Terkait