Berikut Efek Sabu, Narkoba yang Dijual Caleg Cantik Kuningan

Berikut Efek Sabu, Narkoba yang Dijual Caleg Cantik Kuningan

Rosmha Widiyani - detikHealth
Sabtu, 22 Des 2018 17:58 WIB
Berikut Efek Sabu, Narkoba yang Dijual Caleg Cantik Kuningan
Caleg RK asal Kuningan, Jawa Barat yang ditangkap polisi karena menjadi bandar sabu. Foto: Sudirman Wamad
Jakarta - Seorang caleg cantik Kuningan, Jawa Barat ternyata bandar narkoba jenis sabu-sabu. Dikutip dari detikNews, calon legislatif berinisial RK ditangkap bersama satu paket sabu sebulan lalu di Tol Ciperna, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Sabu bukan barang asing dalam peredaran obat terlarang di Indonesia. Dikutip dari berbagai sumber, sabu adalah zat metamfetamin kristal yang mempengaruhi kerja saraf.

Pemakaian sabu dalam jangka pendek dan panjang merugikan kesehatan. Berikut penjelasan seputar dampak penggunaan sabu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti punya energi tambahan

Foto: Getty Images
Kristal metamfetamin bekerja dengan merangsang susunan saraf pusat. Efeknya, pengguna akan merasakan euforia, perubahan mood, dan percaya diri. Peningkatan energi yang semu mengakibatkan pengguna memaksakan diri melakukan sesuatu lebih dari biasanya, sebelum akhirnya jatuh saat dampak sabu habis.

Tetap terjaga

Foto: Ilustrasi/thinkstock
Dampak sabu sedikit berbeda dengan narkoba jenis heroin atau ganja. Pengguna sabu mampu terus terjaga, konsentrasi, dan melakukan berbagai aktivitas. Sedangkan pengguna heroin atau ganja akan merasakan efek sedasi atau penurunan kesadaran. Hal inilah yang menyebabkan sabu banyak digunakan figur publik.

Tidak punya nafsu makan

Foto: Istock
Efek sabu pada susunan saraf pusat mempengaruhi kemampuan pengguna merasakan lapar. Pengguna sabu mengalami penurunan nafsu makan karena tidak merasa lapar. Akibatnya tubuh pengguna sabu menjadi sangat kurus, kekurangan nutrisi, dan dehidrasi. Kondisi ini tentu berbahaya bagi kesehatan pengguna.

Memicu kerja jantung dan pembuluh darah

Foto: Getty Images
Zat metamfetamin ternyata mampu memicu kerja jantung dan pembuluh darah. Akibatnya, denyut jantung meningkat yang dibarengi peningkatan tekanan darah. Kondisi ini bisa memicu kerusakan pembuluh darah hingga terjadi stroke atau serangan jantung. Dampak sabu lebih berat pada pengguna yang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).

Mudah marah

Foto: Ilustrasi/ Thinkstock
Perubahan mood menyebabkan pengguna sabu mudah marah dan cepat tersinggung. Selain lebih agresif, pengguna sabu juga mengalami kecemasan dan halusinasi. Penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa memicu depresi, dorongan ingin melakukan kejahatan, dan bunuh diri.
Halaman 2 dari 6
Kristal metamfetamin bekerja dengan merangsang susunan saraf pusat. Efeknya, pengguna akan merasakan euforia, perubahan mood, dan percaya diri. Peningkatan energi yang semu mengakibatkan pengguna memaksakan diri melakukan sesuatu lebih dari biasanya, sebelum akhirnya jatuh saat dampak sabu habis.

Dampak sabu sedikit berbeda dengan narkoba jenis heroin atau ganja. Pengguna sabu mampu terus terjaga, konsentrasi, dan melakukan berbagai aktivitas. Sedangkan pengguna heroin atau ganja akan merasakan efek sedasi atau penurunan kesadaran. Hal inilah yang menyebabkan sabu banyak digunakan figur publik.

Efek sabu pada susunan saraf pusat mempengaruhi kemampuan pengguna merasakan lapar. Pengguna sabu mengalami penurunan nafsu makan karena tidak merasa lapar. Akibatnya tubuh pengguna sabu menjadi sangat kurus, kekurangan nutrisi, dan dehidrasi. Kondisi ini tentu berbahaya bagi kesehatan pengguna.

Zat metamfetamin ternyata mampu memicu kerja jantung dan pembuluh darah. Akibatnya, denyut jantung meningkat yang dibarengi peningkatan tekanan darah. Kondisi ini bisa memicu kerusakan pembuluh darah hingga terjadi stroke atau serangan jantung. Dampak sabu lebih berat pada pengguna yang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).

Perubahan mood menyebabkan pengguna sabu mudah marah dan cepat tersinggung. Selain lebih agresif, pengguna sabu juga mengalami kecemasan dan halusinasi. Penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa memicu depresi, dorongan ingin melakukan kejahatan, dan bunuh diri.

(up/up)

Berita Terkait