10 Years Challenge Versi Penyintas Kanker, Inspiratif Bikin Merinding (1)

10 Years Challenge Versi Penyintas Kanker, Inspiratif Bikin Merinding (1)

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Rabu, 16 Jan 2019 15:47 WIB
10 Years Challenge Versi Penyintas Kanker, Inspiratif Bikin Merinding (1)
10 Years Challenge survivor kanker yang bikin merinding karena inspiratif. Foto: dok. pribadi
Jakarta - Tren #10YearsChallenge banyak diikuti oleh para selebriti atau influencer yang ada di media sosial. Kisah yang dilontarkan beragam, mulai dari pencapaian mereka mendapatkn tubuh yang lebih bugar, atau mungkin kisah perjuangan mendapatkan karier yang segemilang ini di tahun 2019.

Kali ini, #10YearsChallenge datang dari para survivor kanker. Mereka mengungkap sisi lain 10 tahun silam mengenai perjuangan mereka mengalahkan kanker hingga bisa bertahan menjalani hidup yang penuh keberkahan di tahun 2019.


Ini dia kisah beberapa di antaranya:

Nicki Christ Virgo Sianturi (22)

Nicki adalah survivor kanker leukemia ALL. Foto: dok. pribadi
Nicki dinyatakan positif kanker tepatnya pada tahun 2000. Ia pun menjalani pengobatan selama 6 tahun sampai akhirnya menjadi survivor dari leukimia ALL.

"Jadi kan kanker ada protokol pengobatan, pernah sampai 5 kali ngulang, 3 kali dokter angkat tangan, salah transfusi darah, lambung bolong karena effect obat kanker, dan sempet lumpuh kaki sebelah kiri, dan akhirnya survive," kenang Nicki.

2009 adalah tiga tahun setelah kemoterapi terakhir. Ia masih kerap kontrol ke dokter dan makanan pun masih harus diatur.

"Kemana mana masih pake masker,dan effect dari obat kanker masih ada keliatan jelas (bekas infus). Terus juga kegiatan masih enggak boleh terlalu capek, upacara aja harus paling belakang supaya ga kepanasan," tambahnya.

Perjalanan panjang membawanya untuk menjalani kehidupan dengan normal. Ia pun kini sibuk ikut melakukan penyuluhan tentang kanker guna menyemangati teman-teman yang masih bergelut dengan kanker.

"Emang enggak keliatan kalau dulu pernah kena kanker, dan kebanyakan orang juga enggak percaya awalnya. Saya ikut ke banyak testimoni dan acara penyuluhan tentang kanker dan jadi bukti hidup kalau kanker bisa sembuh dan hidup dengan normal kayak anak lainnya," tandasnya.

Stellanni Forisa Porayow (23)

Stella kini menjadi seorang guru. Foto: dok. pribadi
Stella tidak akan lupa momen buruk yang menimpanya di tahun 2009. Saat itu, ia baru saja menjalani kemoterapi untuk mengalahkan kanker leukemia yang ia idap. Tak disangka, salah seorang temannya mengatakan hal buruk padanya. Ia dibuat malu di depan banyak orang sampai-sampai mendengar kata yang menyakitkan -- 'lebih baik kamu disuntik mati oleh dokter, kan kamu penyakitan'.

"Kata itu yang membuat saya merasa kecewa marah sempat pun bertanya, 'Tuhan kenapa saya harus mendapat penyakit seperti ini?'. Saya malu bisa-bisa ada yang nggak mau temenan sama aku. Aku nangis nutup muka terus cari angkot pulang," kenang Stella. Ia merasa sakit hati karena perjuangan mama dan papanya yang ia tahu pasti tidaklah mudah.

Namun kisah itu cukup membuatnya terpuruk saat itu saja, karena setelahnya ia bangkit dan bertekad menjadi orang yang kuat dan berguna. Meski sempat merasa takut tidak punya teman kalau menceritakan kisahnya sebagai survivor, ternyata ia justru semakin didekatkan dengan teman-teman sejatinya.

Kini, Stella menjadi seorang guru dan bahkan mendapatkan IPK tinggi saat lulus kuliah, yakni 3,72.

Zahratunisa Maulidiyah (20)

Survivor kanker ovarium. Foto: Aisyah/detikHealth

Di usianya yang saat itu berusia 10 tahun, Zahra masih menjalani kemoterapi yang terakhir untuk melawan kanker ovarium yang ia miliki.

"Di saat itu aku di ct-scan ulang, Alhamdulillah kanker sudah sembuh tetapi ada tumor kecil di pankreas," ujar Zahra kepada detikHealth. Berkat dukungan dari orangtua, keluarga, dan Tuhan yang menyayanginya, Zahra pun berhasil mengalahkan semua penyakit yang ia miliki. Ia sembuh.

"Sekarang, 2019, aku menjalani terapi untuk bisa menstruasi seperti wanita normal lainnya, dan aku sekarang sebagai guru pendamping di playgroup Jakarta Selatan dan sambil kuliah. Motivasi buat ke depannya, tetap semangat dan selalu bersyukur sama Allah karena sudah dikasih kesempatan kedua untuk menjalani hidup," tutupnya.

Halaman 2 dari 4

Nicki dinyatakan positif kanker tepatnya pada tahun 2000. Ia pun menjalani pengobatan selama 6 tahun sampai akhirnya menjadi survivor dari leukimia ALL.

"Jadi kan kanker ada protokol pengobatan, pernah sampai 5 kali ngulang, 3 kali dokter angkat tangan, salah transfusi darah, lambung bolong karena effect obat kanker, dan sempet lumpuh kaki sebelah kiri, dan akhirnya survive," kenang Nicki.

2009 adalah tiga tahun setelah kemoterapi terakhir. Ia masih kerap kontrol ke dokter dan makanan pun masih harus diatur.

"Kemana mana masih pake masker,dan effect dari obat kanker masih ada keliatan jelas (bekas infus). Terus juga kegiatan masih enggak boleh terlalu capek, upacara aja harus paling belakang supaya ga kepanasan," tambahnya.

Perjalanan panjang membawanya untuk menjalani kehidupan dengan normal. Ia pun kini sibuk ikut melakukan penyuluhan tentang kanker guna menyemangati teman-teman yang masih bergelut dengan kanker.

"Emang enggak keliatan kalau dulu pernah kena kanker, dan kebanyakan orang juga enggak percaya awalnya. Saya ikut ke banyak testimoni dan acara penyuluhan tentang kanker dan jadi bukti hidup kalau kanker bisa sembuh dan hidup dengan normal kayak anak lainnya," tandasnya.

Stella tidak akan lupa momen buruk yang menimpanya di tahun 2009. Saat itu, ia baru saja menjalani kemoterapi untuk mengalahkan kanker leukemia yang ia idap. Tak disangka, salah seorang temannya mengatakan hal buruk padanya. Ia dibuat malu di depan banyak orang sampai-sampai mendengar kata yang menyakitkan -- 'lebih baik kamu disuntik mati oleh dokter, kan kamu penyakitan'.

"Kata itu yang membuat saya merasa kecewa marah sempat pun bertanya, 'Tuhan kenapa saya harus mendapat penyakit seperti ini?'. Saya malu bisa-bisa ada yang nggak mau temenan sama aku. Aku nangis nutup muka terus cari angkot pulang," kenang Stella. Ia merasa sakit hati karena perjuangan mama dan papanya yang ia tahu pasti tidaklah mudah.

Namun kisah itu cukup membuatnya terpuruk saat itu saja, karena setelahnya ia bangkit dan bertekad menjadi orang yang kuat dan berguna. Meski sempat merasa takut tidak punya teman kalau menceritakan kisahnya sebagai survivor, ternyata ia justru semakin didekatkan dengan teman-teman sejatinya.

Kini, Stella menjadi seorang guru dan bahkan mendapatkan IPK tinggi saat lulus kuliah, yakni 3,72.

Di usianya yang saat itu berusia 10 tahun, Zahra masih menjalani kemoterapi yang terakhir untuk melawan kanker ovarium yang ia miliki.

"Di saat itu aku di ct-scan ulang, Alhamdulillah kanker sudah sembuh tetapi ada tumor kecil di pankreas," ujar Zahra kepada detikHealth. Berkat dukungan dari orangtua, keluarga, dan Tuhan yang menyayanginya, Zahra pun berhasil mengalahkan semua penyakit yang ia miliki. Ia sembuh.

"Sekarang, 2019, aku menjalani terapi untuk bisa menstruasi seperti wanita normal lainnya, dan aku sekarang sebagai guru pendamping di playgroup Jakarta Selatan dan sambil kuliah. Motivasi buat ke depannya, tetap semangat dan selalu bersyukur sama Allah karena sudah dikasih kesempatan kedua untuk menjalani hidup," tutupnya.

(ask/up)

Berita Terkait