"Orang Indonesia cenderung tidak taat aturan, tapi beda jika dikaitkan dengan keagamaan. Jadi buat saja, 'Ya Allah, azablah orang yang merokok,' atau, 'Ya Allah miskinkan orang yang merokok amin... amin... amin...'," kata Sutopo pada detikHealth, Senin (04/02/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kecenderungan ini, harus ada modifikasi anjuran tidak merokok. Tentunya dengan melihat kecenderungan karakter masyarakat Indonesia. Sutopo sendiri optimis masyarakat Indonesia sebetulnya bisa taat aturan, layaknya jika berada di luar negeri.
Sama seperti sampah, sanksi dan larangan merokok saat ini sangat mudah ditemukan. Info efek buruk merokok, salah satunya kanker, juga tidak sulit ditemukan di berbagai media. Sayangnya aturan ini dianggap angin lalu, yang terbukti dengan makin bayaknya jumlah perokok.
Dengan memasukkan unsur religius, Sutopo yakin masyarakat yang cenderung ngeyel bisa memikirkan ulang kebiasaan merokok. Ngeyel adalah sebutan Sutopo bagi masyarakat, yang menganggap telah membantu negara dengan merokok.
"Padahal merokok lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Tidak ada yang tambah ganteng atau gagah karena merokok. Sayangnya masih banyak yang ngeyel," kata Sutopo.
Bagaimana perjuangan Sutopo melalui itu semua? Berikut ini detikHealth menghadirkan video wawancara eksklusif dengan sang pejuang kanker.











































