Menanggapi kecenderungan tersebut, psikolog klinis Ratih Ibrahim mengingatkan debat dan perbedaan politik adalah ajang pendewasaan emosi dan psikologis. Mereka yang memiliki kecerdasan emosi akan tetap menghormati orang lain terlepas dari pilihan politiknya.
"Orang yang dewasa dan matang secara emosional akan tenang saja menghadapi perbedaan ini. Mereka tidak menyerang individu atas pilihan politiknya karena tindakan itu memang tidak penting. Jangan sampai perbedaan menyebabkan munculnya permusuhan karena mereka tetap saudara kita," kata Ratih pada detikHealth, Sabtu (16/02/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mengangkat perbedaan ke dalam kehidupan sehari-hari, Ratih juga menyoroti peredaran hoax dengan adanya perbedaan politik. Ratih mengingatkan untuk tidak menyebarkan kabar yang kebenarannya diragukan, karena hal tersebut bisa jadi menyakiti pihak lain. Membuat dan menyebarkan hoax juga tidak menandakan kematangan psikologis menghadapi perbedaan.
Orang dengan kematangan psikologis memilih cara yang lebih baik untuk menyebarkan atau menjelaskan opini politiknya. Hoax atau menyerang individu jelas tidak masuk dalam metode yang akan dipilih. Perbedaan tidak menimbulkan permusuhan, karena tiap orang sebetulnya ingin diperlakukan dengan baik dan dihormati terlepas dari pandangan politiknya.











































