Fakta-fakta Mengejutkan Seputar Skoliosis, Tulang Bengkok yang Berisiko

Fakta-fakta Mengejutkan Seputar Skoliosis, Tulang Bengkok yang Berisiko

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Rabu, 20 Feb 2019 11:51 WIB
Fakta-fakta Mengejutkan Seputar Skoliosis, Tulang Bengkok yang Berisiko
Tulang belakang memang tidak ada yang sangat lurus. (Foto: iStock)
Jakarta - Kata dokter, tulang belakang manusia memang tidak ada yang secara sempurna lurus, akan tetapi jika bengkokan lebih dari 10-15 derajat, maka bisa jadi kamu sudah mengalami yang namanya skoliosis.

Kalau skoliosis ringan biasanya masih tak menyebabkan masalah, namun pada kasus berat, risikonya bisa cukup fatal. Seperti apa fakta-fakta seputar skoliosis bisa kamu simak di sini:

Banyak dialami oleh perempuan

Foto: ilustrasi/thinkstock
"Menurut data, perempuan lebih banyak megalami skoliosis dibanding laki-laki. Itu 1:10," kata Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, dari Lamina Pain and Spine Center, Rumah Sakit Meilia Cibubur.

Untuk sebab pastinya, dr Wawan mengaku belum mengetahui penyebab pastinya. Akan tetapi, jika dilihat dari progresivitas yang cenderung cepat ketika masuk masa menstruasi, bisa jadi masalah hormonal ada kaitannya.

"Perkiraannya ke arah sana tapi untuk pastinya belum tentu. Saya pernah coba cari literaturnya tapi belum ketemu," tambahnya.

Penyebab skoliosis: kebanyakan tidak diketahui sebabnya

Foto: ilustrasi/thinkstock
Skoliosis bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya kongenital (terjadi saat periode perkembangan janin), bisa juga karena faktor genetik, panjang kaki berbeda, cedera, infeksi, atau tumor.

"Akan tetapi sebagian besar itu idiopatik, atau bahasa awamnya belum diketahui pasti penyebabnya," jelasnya.

Gejalanya kadang tidak disadari

Foto: iStock
Sama halnya seperti dialami oleh Melinda (22), ia justru sadar dirinya mengidap skoliosis di bagian punggung bawah saat sedang pijat.

"Tiba-tiba kata mbak pijatnya 'kak, kok yang sebelah kanannya lebih nonjol sih dari yang kiri?' Dari sana sudah curiga soalnya belakangan tidur enggak enak, waktu menstruasi juga jadi lebih sakit. Setelah di rongent oh iya ketahuan saya ada mild scoliosis (skoliosis ringan)," kisahnya kepada detikHealth.

Menurut dr Wawan, gejala yang biasanya paling disadari adalah pundak atau punggung bawah yang menonjol atau naik sebelah, atau posisi tidur yang serba salah. Sesak napas juga bisa dialami ketika derajat kelengkungannya sudah terlalu besar dan menekan. Penyusutan tinggi badan juga salah satu cirinya.

Tindakan yang harus dilakukan

Foto: thinkstock
"Kalau derajat lengkung masih 20-25 derajat, biasanya masih diobservasi. Jika derajat sudah lebih dari 25-45 derajat itu sudah harus pakai korset. Bila sudah lebih dari 45-50 derajat pilihannya operasi koreksi sudut atau biasa disebut bedah koreksi," terang dr Wawan.

Koreksi sudut yakni menggunakan pemasangan pen atau plakat. Harganya? Lumayan banyak, untuk pemasangan satu pen saja bisa berkisar antara 5-10 juta, jadi tak heran bila operasi bisa makan uang hingga ratusan juta. Meski begitu sudut tidak benar-benar bisa diluruskan hingga normal, dokter akan mengobservasi kira-kira berapa derajat yang bisa dikurangi untuk kelengkungannya.

"Setelah bedah koreksi, pasien akan menjalani fisioterapi untuk latihan jalan normal dan mengurangi kekakuan dari nyeri. Kadang karena kebiasaan jalannya agak miring, jadi miring terus padahal sudah dikoreksi," ujarnya.

Halaman 2 dari 5
"Menurut data, perempuan lebih banyak megalami skoliosis dibanding laki-laki. Itu 1:10," kata Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, dari Lamina Pain and Spine Center, Rumah Sakit Meilia Cibubur.

Untuk sebab pastinya, dr Wawan mengaku belum mengetahui penyebab pastinya. Akan tetapi, jika dilihat dari progresivitas yang cenderung cepat ketika masuk masa menstruasi, bisa jadi masalah hormonal ada kaitannya.

"Perkiraannya ke arah sana tapi untuk pastinya belum tentu. Saya pernah coba cari literaturnya tapi belum ketemu," tambahnya.

Skoliosis bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya kongenital (terjadi saat periode perkembangan janin), bisa juga karena faktor genetik, panjang kaki berbeda, cedera, infeksi, atau tumor.

"Akan tetapi sebagian besar itu idiopatik, atau bahasa awamnya belum diketahui pasti penyebabnya," jelasnya.

Sama halnya seperti dialami oleh Melinda (22), ia justru sadar dirinya mengidap skoliosis di bagian punggung bawah saat sedang pijat.

"Tiba-tiba kata mbak pijatnya 'kak, kok yang sebelah kanannya lebih nonjol sih dari yang kiri?' Dari sana sudah curiga soalnya belakangan tidur enggak enak, waktu menstruasi juga jadi lebih sakit. Setelah di rongent oh iya ketahuan saya ada mild scoliosis (skoliosis ringan)," kisahnya kepada detikHealth.

Menurut dr Wawan, gejala yang biasanya paling disadari adalah pundak atau punggung bawah yang menonjol atau naik sebelah, atau posisi tidur yang serba salah. Sesak napas juga bisa dialami ketika derajat kelengkungannya sudah terlalu besar dan menekan. Penyusutan tinggi badan juga salah satu cirinya.

"Kalau derajat lengkung masih 20-25 derajat, biasanya masih diobservasi. Jika derajat sudah lebih dari 25-45 derajat itu sudah harus pakai korset. Bila sudah lebih dari 45-50 derajat pilihannya operasi koreksi sudut atau biasa disebut bedah koreksi," terang dr Wawan.

Koreksi sudut yakni menggunakan pemasangan pen atau plakat. Harganya? Lumayan banyak, untuk pemasangan satu pen saja bisa berkisar antara 5-10 juta, jadi tak heran bila operasi bisa makan uang hingga ratusan juta. Meski begitu sudut tidak benar-benar bisa diluruskan hingga normal, dokter akan mengobservasi kira-kira berapa derajat yang bisa dikurangi untuk kelengkungannya.

"Setelah bedah koreksi, pasien akan menjalani fisioterapi untuk latihan jalan normal dan mengurangi kekakuan dari nyeri. Kadang karena kebiasaan jalannya agak miring, jadi miring terus padahal sudah dikoreksi," ujarnya.

(ask/kna)

Berita Terkait