Hal tersebut diterangkan oleh pakar obesitas dari Light House, dr Grace Judio-Kahl. Namun ia mencatat, tubuh yang gemuk juga berarti risiko terkena penyakit, terutama sindroma metabolik, juga akan meningkat. Sindroma metabolik merupakan kumpulan gejala akibat tumpukan lemak perut sebelah dalam atau abdominal fat.
"Penyakit ini biasanya tidak ada keluhan apapun, kecuali bila sudah terlambat. Biasanya ketemu waktu medical check up. Kalau nggak dirasain (keluhannya), nggak pernah medical check up, bisa tidak berasa apa-apa," katanya kepada detikHealth melalui pesan singkat, Selasa (5/3/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semakin banyak lemak yang menumpuk akan berdampak pada bobot yang bertambah hingga menjadi obesitas. Saat seseorang menjadi obesitas, umumnya akan mengalami gangguan anatomis berikut ini terlebih dahulu (selain kardiovaskular):
- beban tulang meningkat, bila gemuk saat dewasa muda atau anak atau remaja, kakinya bisa bentuk O karena tidak kuat menahan berat
- panggul dan sendi terutama lutut lebih gampang cedera
- gampang terkena penyakit kulit terutama jamur karena gampang berkeringat terutama di lipatan kulit
- nafas susah karena lemak perut mendorong paru sehingga tidak bisa bernafas bebas.
"Pada wanita bisa terjadi gangguan hormonal karena lemak perut juga memproduksi hormon reproduksi. Menstruasi bisa terganggu dan bisa infertil (tidak subur)," terang dr Grace lagi.
Obesitas saat ini masih menjadi beban kesehatan Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan kasus obesitas 21,8 persen, sebelumnya pada Riskesdas 2013 mencapai 14,8 persen. Rendahnya penerapan pola hidup sehat menyebabkan jumlah obesitas terus meningkat.












































