"Saya takut sekali ya sama laut, karena saya nggak bisa berenang. Saat menyelam takut bisa ketemu hiu, ketemu macem-macem. Tapi sebenarnya memang kalau yang belum mencoba gimana asiknya selam," kata Tri saat ditemui di sela acara Press Conference WASI 'Upaya Pemecahan 3 Rekor Guinness World of Records' di JCC Senayan, Sabtu (6/4/2019).
Sang suami dan kedua anak lelakinya sudah lebih dulu mendalami dunia selam. Akhirnya pada tahun 2013, Tri mencoba ikut terjun dengan mengikuti segala macam prosedur dan ujian, mulai dari kolam renang hingga ke lautnya, ia justru semakin jatuh cinta pada dunia selam. Baginya, menyelam tak hanya membugarkan fisik namun juga mental.
"(Sebagai) Salah satu cara refreshing. Di laut itu ya pasti ada hal-hal yang nggak biasa kita laut di atas laut, terutama keindahannya yang luar biasa. Dan juga kita bisa merasakan dalam keheningan, tidak ada suara, jadi bisa fokus melihat keindahan alam," ujar Tri.
Tak hanya itu, Tri bahkan bisa menyalurkan hobinya yang lain, yakni memotret. Karya-karya jepretannya tak perlu diragukan lagi, yang ia sebut adalah hasil dari bersabar dan mengenal dunia di bawah laut.
Menyelam bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan asal-asalan. Kebugaran dan tenaga optimal adalah syarat mutlak untuk menyelam agar menghindari kefatalan. Wanita yang telah melalui 27 tahun pernikahan dengan orang nomor satu di Kepolisian RI tersebut tentu tak lupa untuk terus menjaga kebugarannya lewat berolahraga dan makan sehat.
"Ya pasti olahraga ya, makan sehat, istirahat cukup. Saya jogging, treadmill, cross training. Ya yang ringan-ringan sih, 30 menit sehari. Saya kebetulan olahraganya di rumah," terang Tri.
Sejak berkecimpung di dalam dunia inilah Tri menemukan bahwa banyak wanita-wanita di Indonesia yang juga mencintai dunia selam namun tidak memiliki wadah. Hal ini disebabkan masih adanya anggapan bahwa menyelam merupakan olahraga ekstrem yang hanya dilakukan oleh pria.
"Padahal sebetulnya tidak demikian, menyelam juga bisa dilakukan oleh para wanita dan bahkan mulai dari usia yang sangat muda sekali hingga yang senior. Karena saya banyak sekali menjumpai ibu-ibu yang sudah berusia di atas 60 tahun pun menyelam," katanya.
Oleh karena itu, pada Maret 2018 lalu ia menghimpun seluruh wanita pecinta selam di Indonesia dalam Wanita Selam Indonesia (WASI) yang dibentuk di bawah naungan organisasi Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI). Tak hanya selam, WASI juga melakukan berbagai kegiatan untuk mengenalkan dunia selam kepada wanita Indonesia, mengedukasi masyarakat tentang kegiatan maritim dan mengkampanyekan pelestarian kehidupan serta wisata laut Indonesia.
Pada 11 Agustus 2018 lalu, WASI terlibat dalam 935 penyelam pria dan wanita yang memecahkan rekor MURI Menyelam Massal oleh Penyelam Wanita dan Pembentangan Bendera Merah Putih Terpanjang dalam Laut Indonesia di Pantai Manado, Kawasan Megamas Manado, Sulawesi Utara. Kini di lokasi yang sama di tahun 2019, WASI berupaya untuk memecahkan 3 rekor dunia sekaligus pada 3 Agustus nanti, yakni penyelaman massal bertarget 3000 penyelam, rantai manusia terpanjang, dan pembentangan terlebar di dunia.
"Kita adalah negara dengan lautan terluas di dunia, 80 persen terdiri dari lautan. Saya merasa terpanggil bahwa kita harus bangga sebagai bangsa yang mempunyai lautan yang demikian luas. Sebenernya di tahun 2009 kita punya rekor yang belum terpecahkan sampai sekarang, hingga 2019 belum ada negara manapun yang bisa memecahkan rekor yang diraih oleh Indonesia," lanjutnya.
Persiapan sudah dilakukan sejak tahun lalu. Kerja sama dengan Guinness World Record sudah sampai tahap izin pemakaian logo mulai April dan Tri menyebut hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Ia berharap bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk sekaligus mempromosikan Indonesia kepada dunia bahwa negara kita ini punya laut yang luas yang ia sangat harapkan juga memiliki masyarakat yang menyadari pentingnya kebersihan laut.
WASI juga berpartisipasi dalam kampanye Dive Against Debris, salah satu kegiatan yang menyangkut tentang sampah di laut. Saat ini sampah plastik yang terbesar kedua ada di Indonesia. Ia menyebut masih kurangnya kesadarn masyarakat Indonesia akan kemungkinan terburuk pencemaran dan pembuangan limbah plastik sembarangan, yang bisa saja mencapai ke darat atau kota apabila tidak diatur dengan baik.
Tri melanjutkan, kampanye ini juga berdasarkan keprihatinan atas kejadian baru-baru ini di mana adanya dua ikan langka yakni ikan mola-mola dan iman paus sperma yang terdampar mati, ditemukan sejumlah besar sampah plastik di dalam perut kedua ikan tersebut.
"Mungkin bagi masyarakat yang bukan penyelam pecinta laut ini adalah suatu keprihatinan yang smaa sama kita harus peduli dan mengampanyekan untuk penggunaan sampah plastik. Kita harus mendidik diri sendiri bagaimana kita tahu bahayanya sampah plastik lagi di Indonesia sudah sangat gawat, satu orang rata-rata 3 kilogram sampah plastik tiap hari," tandasnya.
Jika ada waktu luang, Tri dan keluarga menyempatkan untuk menyelam bersama, terutama di salah satu diving spot favoritnya yakni Labuan Bajo. Ia juga bertitip pesan baik pada yang ingin mencoba ataupun sudah mahir menyelam agar terus mengikuti prosedur serta aturan dan semakin cinta dengan kekayaan laut Indonesia dengan tidak membuang sampah sembarangan.