Sebagai salah satu orang yang telah berkecimpung di dunia anak-anak berkebutuhan khusus, Dewi Wardhani, mengatakan sebenarnya yang dilakukan bukanlah galak namun ketegasan.
"Karena mereka perlu ketegasan. Mereka bingung kalau kita ngomong yang biasa-biasa aja. Mereka juga nggak ngerti baik-buruk yang mereka lakukan itu, nggak ngerti mereka. Jadi kalau yang mereka lakukan harusnya nggak boleh, kalau saya bilang 'nggak boleh ya' dengan nada lembut, itu mereka nggak ngerti apa yang nggak boleh," kata kepala sekolah Center of Hope Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) ini, Rabu (10/4/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan emosi namun untuk menegaskan yang diperhatikan adalah intonasi dan ekspresinya. Walaupun IQ penyandang down syndrome kecil, namun mereka bisa saja 'ngerjain' gurunya jika tidak ada penegasan.
Dewi mengatakan image galak sudah menempel sejak ia berkecimpung dalam dunia anak berkebutuhan khusus sekitar dua puluh tahun yang lalu. Hujatan atau teguran orang juga sering ia dapatkan, namun hal tersebut memang ia lakukan untuk mengedukasi mereka.
"Jadi harus jelas, kalau ya ya, nggak nggak. Dan kalau dia memang melakukan sesuatu yang bagus, biasanya diberi sesuatu untuk rewardnya. Mungkin beda dengan psikolog ya. Sebenarnya anak bisa terikat dengan saya (dengan seperti itu)," lanjut Dewi.
Simak juga video Minimnya Lapangan Pekerjaan untuk 'Down Syndrome':












































