Dunia medis kini melirik potensial dari sistem penerbangan tanpa awak (UAS) untuk mengirimkan produk medis. Di Afrika, pengantaran alat medis menggunakan drone biasa telah dilakukan beberapa kali.
Drone yang digunakan di AS didesain khusus agar dapat menjaga dan memonitor organ yang dibawanya. Diharapkan dengan kemajuan langkah ini dapat memotong penerbangan dan pengiriman yang lama serta masalah keamanan dengan metode transportasi saat ini.
Perjalanan drone ini merupakan hasil menakjubkan dari kerjasama antara beberapa dokter bedah, insinyur, Federal Aviation Administration (FAA), spesialis pembelian organ, pilot, perawat, dan tentu saja pasien.
Ginjal tersebut melakukan perjalanan sejauh kurang lebih 5 kilometer di atas area penuh dengan populasi manusia. Drone tersebut juga dilengkapi dengan sistem parasut untuk berjaga-jaga apabila penerbangan gagal.
"Mengirimkan organ dari donor ke pasiennya merupakan tugas suci dengan berbagai macam bagiannya. Sangat penting bahwa kita dapat menemukan cara untuk melakukannya lebih baik," kata Joseph Scalea, asisten profesor bedah di University of Maryland School of Medicine (UMSOM) dan salah satu dokter bedah yang menjalankan transplantasi tersebut, dikutip dari BBC.