Psikiater dari RS Jiwa Marzoeki Mahdi dr Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan kepo atau rasa ingin tahu sebetulnya wujud reaktif pada peristiwa yang belum tentu terjadi setiap hari. Kepo sebagai sikap reaktif lebih dipengaruhi kondisi emosi bukan rasional yang mengandalkan daya pikir.
"Bagi yang kepo hingga tanpa sadar jadi dekat dengan wilayah yang berbahaya, sebaiknya berpikir ulang sebelum beraksi sekadar memenuhi rasa ingin tahu. Kepo perlu disikapi dengan pemikiran yang lebih dewasa, hingga bisa memutuskan tindakan yang lebih baik," kata dr Lahargo yang juga Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Marzoeki Mahdi pada detikHealth, Rabu (22/5/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan dr Lahargo, menurut psikolog Kasandra rasa kepo menjadikan masyarakat Indonesia punya karakter yang khas. Kepo diartikan sebagai rasa ingin tahu yang tidak diiringi pemahaman keamanan, keselamatan, kepatuhan, serta kesadaran moral
"Orang Indonesia memang agak unik. Dengan pemahaman keamanan dan keselamatan yang terbatas justru berada dekat dengan areal yang berbahaya," kata Kasandra.
Keselamatan bagaimanapun harus diutamakan dalam situasi yang berbahaya. Bertindak sekadar ingin memenuhi rasa ingin tahu tanpa memperhitungkan keselamatan bisa berdampak buruk. Daripada kepo, masih banyak kegiatan lain yang memberi lebih banyak manfaat misal puasa dan melakukan ibadah lainnya.











































