Perdebatan soal toilet jongkok atau duduk dengan kesehatan masih hangat hingga sekarang. Menurut Giulia Enders, kandidat doktor mikrobologi dari Frankfurt, Jerman pun mengatakan bahwa jika buang air besar dalam posisi jongkok lebih efisien karena feses akan keluar lebih mudah.
"Sebab usus tidak dirancang untuk membuka sepenuhnya bilamana kita duduk atau berdiri. Bila kita duduk, maka proses keluarnya feses tadi akan menjadi semakin lama," terang Enders dalam bukunya, Darm mit Charme (Charming Bowels).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sangat penting diketahui sebab posisi saat menggunakan toilet dianggap memainkan peran besar sebagai faktor risiko beberapa penyakit seperti sembelit, wasir dan radang usus buntu.
Buang air kecil juga cukup menjadi persoalan. Semakin canggihnya industri toilet kini kita disuguhkan dengan inovasi membasuh alat kelamin menggunakan semprotan yang berada di dalam jamban.
Posisi semprotan yang berada di belakang ini tentu menimbulkan keresahan sendiri bagi kaum wanita lantaran mirip seperti membasuh dari belakang ke depan. Padahal disarankan untuk membasuh dari arah depan ke belakang untuk menghindari terjadinya infeksi bakteri dari anus.
Akan tetapi, spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Pramudia, dr Wresti Indriatmi, SpKK, MEpid, menyebutkan kepada detikHealth beberapa waktu lalu, toilet duduk dengan semprotan di belakang tidak berisiko menyebabkan infeksi.
"Nggak juga, kan kita bisa ngepasin arah (kelamin) kita aja. Tapi nggak berbahaya, karena selama ini nggak apa-apa. Karena vagina itu kan juga nggak steril, pasti ada kumannya, bakterinya, jamurnya, pada diem di situ. Kecuali sumber airnya dari menara yang kotor ya," tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa semprotan yang terkadang keluar dengan kekencangan tertentu tidak akan merusak atau merobek vagina karena kita bisa mengaturnya. Buang air kecil bisa dilakukan dengan toilet apapun asal tetap memerhatikan kebersihannya.
(frp/up)











































