"Pas saya sedang berhenti, tiba-tiba ada ibu-ibu lari ke arah saya, terus nusukin sesuatu," kata mahasiswi tersebut via pesan singkat, Rabu (19/6/2019), dikutip dari detikNews. Ia pun telah melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk kesehatannya.
Dihubungi oleh detikHealth, dr Vito A. Damay, SpJP(K), MKes, FIHA, FICA, dokter spesialis jantung, menjelaskan bahwa suntikan obat biasanya dilakukan melalui vena.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah suntik selain menyebarkan penyakit yang ditularkan melalui darah, bisa juga reaksi alergi karena kita nggak tahu isinya apa," lanjut dr Vito.
Lebih dalam, dr Vito menyarankan untuk segera memeriksakan diri ketika jadi korban 'tancap jarum' seperti yang dialami sang mahasiswi. Pemeriksaannya lebih kepada penyakit yang rentan tertular kontak jarum suntik.
"Pemeriksaan penyakit yang menular lewat jarum suntik. HIV, Hepatitis terutama C dan B," sarannya.
Terlebih jika kamu mengetahui jarum tersebut bekas dipakai menyuntik orang lain, atau kulitmu sedang dalam kondisi kotor saat tertusuk jarum.
"Atau jarum sempat terlihat kotor secara kasat mata.. atau Anda masih dapat melihat luka dan cukup besar. Apalagi kalau ujung jarum patah dan masuk ke dalam luka, jarum tertusuk ke mata, dan Anda belum pernah mendapat vaksin tetanus," jabarnya.
Lainnya, kamu harus menjalani pemeriksaan medis luka yang nampak terinfeksi. Tanda yang terbaca adalah masih atau bertambah nyeri, kemerahan, atau bengkak bertambah setelah 48 jam.
"Amannya lagi ya tes skrining untuk HIV dan hepatitis di lab," tegasnya.











































