RS Meilia Cibubur Tegaskan Cerita Viral Dokter SARA adalah Hoax

RS Meilia Cibubur Tegaskan Cerita Viral Dokter SARA adalah Hoax

Firdaus Anwar - detikHealth
Sabtu, 29 Jun 2019 10:08 WIB
RS Meilia Cibubur Tegaskan Cerita Viral Dokter SARA adalah Hoax
Hoaks dokter yang tidak mau memegang pasien akhirnya dibantah RS Meilia. Foto: Tangkapan layar Facebook
Jakarta - Belakangan di Facebook beredar cerita tentang ada dokter yang tidak mau menyentuh pasien beda lawan jenis. Disebutkan bahwa sang dokter menggunakan pakaian syariah dan berpraktik di daerah Cibubur, Jakarta Timur.

"Dr spesialis kulit wanita baju syari lagi... gak memeriksa suami saya dg wajar spt biasanya. Dr tempat duduk praktiknya dia suruh suami menoleh trs dilihat dr jauh bagian wajah suami yg alergi trs tulis resep dan persilahkan suami keluar," cuplikan cerita tersebut.

Cerita lalu diunggah ulang oleh akun Facebook Lyana Lukito ditambah foto identitas seorang dokter wanita bercadar spesialis anastesi dari RS Meilia Cibubur. Unggahan sudah ratusan kali dibagikan sebelum akhirnya hilang, diduga dihapus pada Jumat (28/6/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapinya Kepala Hubungan Masyarakat RS Meilia Cibubur, Yudhi Hertanto, menegaskan bahwa kisah yang beredar hoaks alias bohong. Tidak ada hubungan antara cerita dengan identitas dokter yang ikut disertakan.



"Problemnya terjadi ketika percakapan itu kemudian diberi ilustrasi tampilan foto id card dari salah seorang dokter di RS Meilia, lengkap dengan nama dan identitas pribadi serta institusi rumah sakit," kata Yudhi kepada detikHealth, Sabtu (29/6/2019).

"Bisa dipastikan hoax karena tidak pernah ada kejadian itu di RS Meilia dan dokter anastesi memang tidak berhubungan langsung dengan pasien karena menjadi dokter yang memberikan layanan pada kamar operasi bersama dokter bedah," lanjutnya.

Atas kejadian tersebut Yudhi mengatakan sudah melimpahkan kasus pada kuasa hukum dan akan menempuh jalur legal formal.

Sementara itu Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) juga sudah melakukan investigasi tentang kebenaran ada dokter yang bertindak diskriminasi karena Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Ketua Kompartemen Publik dan Marketing PERSI Anjari Umarjiyanto menyebut tidak menemukan pasien yang namanya disebut dalam cerita.

"Asosiasi sudah menelurusi karena ini isu yang sangat sensitif. Itu ada dua aspek yang harus dipisahkan aspek pelayanan rumah sakit dengan isu yang cenderung SARA. Bahwa terjadi diskriminasi sebagaimana yang dituduhkan tidak benar apalagi dikaitkan dengan cara busana atas nama keyakinan," kata Anjari.

"Menambah keyakinan kami postingan itu tidak benar ketika kami cari facebooknya itu sudah tidak ada," pungkasnya.




(fds/up)

Berita Terkait