Live Science menyebut tripofobia sebagai keengganan ekstrim akan pola-pola lubang atau gundukan yang tidak beraturan. Walau fobia ini cukup banyak dikenali, sayangnya tidak terdaftar dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), sebuah panduan diagnosis bagi gangguan mental yang diakui oleh psikolog profesional.
Pengidap tripofobia akan merasakan rasa jijik atau sakit pada badan saat melihat hal-hal yang memicu fobia tersebut, misal sesuatu yang berlubang-lubang kecil. Terkadang mereka juga merasakan berdebar-debar, denyut di kepala atau merinding.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fobia merupakan salah satu jenis dari gangguan kecemasan yang dapat memicu rasa mual, pusing, berdebar, gemetar dan rasa panik. Fobia secara umum timbul saat orang-orang memiliki perasaan takut berlebih akan sebuah situasi, tempat, rasa atau objek.
Perasaan berlebihan ini bisa bermula dari pengalaman traumatis mereka atau dari respons yang timbul dari mengamati orang lain. Lalu, apakah tripofobia sendiri bisa diklasifikasikan fobia?
"Sangat penting untuk memahami alasan di balik keengganan seseorang untuk melihat objek atau gambar dengan lubang-lubang kecil. Jika seseorang hanya 'jijik' karena gambar lubang-lubang kecil atau pola, namun rasa enggan mereka tidak mengganggu keseharian, maka itu bukanlah fobia," kata psikolog Anthony Puliafico dari Columbia University, dikutip dari Live Science.
Dengan kata lain, maka fobia secara signifikan harus 'mengganggu rutinitas normal seseorang', seperti ditulis dalam DSM-5. Para peneliti masih meragukan apakah tripofobia termasuk dalam kriteria ini, masih banyak riset yang perlu dilakukan untuk menjawabnya.
Beberapa peneliti memiliki teori bahwa tripofobia hanya memicu ketidaknyamanan visual, dan beberapa sensitif pada efeknya. Sebuah studi tahun 2016 mengungkapkan bahwa para pengidap tripofobia cenderung sangat simpatik dan sensitif pada stimuli yang menjijikkan.
Walaupun begitu, tripofobia masih tetap bisa menimbulkan gangguan pada kehidupan seseorang. Puliafico menyarankan untuk konsultasi pada ahli kesehatan jiwa apabila gejala tersebut terus-terusan ada dan sangat mengganggu.
(frp/kna)











































