Namun ia tak menampik meski bukan perokok aktif, Sutopo dikelilingi oleh lingkungan yang semuanya rata-rata perokok berat. Bahkan bau asap rokok menempel dengan kuat di pakaian yang ia kenakan.
"Kalau diingat, kantor saya dulu kecil dan penuh asap rokok. Orang di sekitar saya hampir semuanya merokok, hingga aromanya menempel di baju. Mungkin dari situlah saya yang tidak merokok bisa kena kanker paru," kata Sutopo beberapa waktu lalu.
Tentu yang dialami oleh mendiang Sutopo membuat kita menyadari bahwa rokok dan asapnya tidak hanya menjadi 'pembunuh' bagi perokok saja namun bagi orang disekitarnya. Bahkan, spesialis paru dari RS Persahabatan, dr Elisna Syahruddin, SpP(K) PhD, mengatakan paparan asap rokok ikut memicu pertumbuhan sel kanker pada perokok pasif.
"Rokok dan asapnya menjadi faktor risiko yang dapat dikendalikan, berbeda dengan umur, jenis kelamin, dan riwayat dalam keluaga. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat kanker dalam keluarga, atau pernah menderita kanker sebelumnya berisiko lebih besar mengalami kanker paru. Untuk perokok, mereka harus segera menghentikan kebiasaan yang berbahaya bagi diri sendiri dan lingkungannya," sebut dr Elisna.
Padahal kanker paru sebenarnya merupakan penyakit yang mudah dicegah. Salah satu cara yang bisa dilakukan tentunya dengan mengendalikan faktor risiko tertinggi yakni kebiasaan merokok.
"Pencegahan pertama, jangan pernah jadi perokok. Kedua, stop merokok. Sebab, ketika seseorang berhenti merokok, sel-sel yang jadi tidak normal akibat merokok, masih bisa kembali normal," tegas dr Elisna.
"Ketiga, kalau memang bandel juga masih merokok, cek dong kesehatannya dengan rutin. Terus kalau ada orang merokok distop, jangan didiemin aja," pungkasnya.
Simak Video "Berikut Kebiasaan yang Dapat Memicu Kanker"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)