"Karena orang tua takut anaknya gagal, sehingga mereka ini akan mengambil alih apa yang seharusnya anak lakukan. Kejadian ini justru menghambat mereka untuk mengeksplor sekolahnya, karena mereka akan lebih aman (bersama orang tua). 'Selama ada ibu di sekolah, aku akan lebih aman'," katanya saat dihubungi oleh detikHealth, Senin (15/7/2019).
Dian, sapaannya, sempat membandingkan peran orang tua beberapa dekade lalu yang tidak terlalu 'ngikut' ke sekolah, hanya sebatas mengantar. Dengan begitu, orangtua pada akhirnya akan memberi kita kesempatan untuk belajar sendiri mengenai lingkungan sekolah dan mengembangkan rasa ingin tahu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ini sering terjadi dan dilakukan secara sadar oleh orang tua, Dian Nirmala mengatakan bisa berdampak pada kemampuan adaptasi dan kemandirian anak. Lalu apa yang harus dilakukan oleh para orang tua?
"Sederhananya adalah dengan membiarkan anak bertumbuh dengan situasi sehari-harinya. Terutama untuk orang tua, kita perlu mengelola cemas kita. Kuncinya di situ, yang membuat orang menjadi 'saya khawatir nanti anak saya gimana-gimana'," saran Dian Nirmala.
Mengelola rasa khawatir, menurut Dian adalah PR dan tantangan besar terutama bagi orang tua generasi milenial. Hal ini disebabkan karena orang tua di media sosial lebih mudah terpancing emosinya, misal cemas dan khawatir dan akan terus bertumbuh.
Bagaimana meredamnya? Orang tua bisa beralih fokus bahwa sumber segala kecemasan ada di depan mata, yakni anak-anak mereka sendiri dan juga pikiran mereka. Kemudian bangun komunikasi sehat dan positif sesama orangtua, hindari rasa persaingan.
"Biarkan anak belajar, Dengarkan cerita-cerita pertama sekolah. Bikin seolah-olah kita nggak ngerti apa-apa, karena kan dunianya kali ini beda dengan dunia kita waktu kecil sih," tegasnya.
(frp/up)











































