"Dari kecil (diajarkan), sehingga orang tua dibiasakan open-minded. Nanti kalau sudah gede-gede nggak concern lagi. Biar nggak gelagapan (kalau ditanyai)" kata Ketua Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Dr Dra Rita Damayanti, MSPH.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya survei itu, padahal apa salahnya tahu tentang kesehatan reproduksi. Pendidikan seks dan kesehatan reproduksi punya public image yang berbeda. Karena itu saya ingin membuat modul soal kesehatan reproduksi yang tidak akan dipandang sebagai pendidikan seks," kata Hasto.
Pendidikan seks dan kesehatan reproduksi punya public image yang berbeda. Karena itu saya ingin membuat modul soal kesehatan reproduksi yang tidak akan dipandang sebagai pendidikan seksHasto Wardoyo - Kepala BKKBN |
Modul tersebut nantinya fokus pada upaya menjaga kesehatan organ reproduksi, penyakit yang mungkin timbul, dan siklus yang sifatnya khas misal menstruasi. Terkait menstruasi, perempuan wajib tahu perubahan mood diakibatkan fluktuasi kadar esterogen dan progesteron dalam tubuhnya.
Remaja juga wajib tahu penyebab tidak boleh menikah dini, yang terkait langsung dengn risiko kanker mulut rahim. Di usia belasan sel-sel dalam mulut rahim aktif membelah, sehingga tidak boleh terkena kontak benda asing dari luar tubuh misal alat kelamin laki-laki. Menikah dini meningkatkan risiko kanker saat perempuan berusian 30an.
Sayangnya, Hasto tidak menyebut target pembuatan modul yang akan disertai jargon tersebut. Belajar dari pengalamannya, modul dibuat dengan terlebih dulu berkonsultasi dengan pemuka agama dan dokter. Modul selanjutnya diajarkan di sekolah melalui guru Pendidikan Jasmani.
(up/up)











































