"Sebetulnya cita-cita saya sebenarnya menjadi ahli nuklir, tapi karena orang tua ingin anaknya ada yang menjadi dokter ya akhirnya saya penuhi," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 2018-2021 itu kepada detikHealth di ruang kerjanya, Kamis (29/8/2019).
Daeng meninggalkan bangku kuliah di ITS yang sudah setahun dijalani dan beralih Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya di Malang. Sebagai dokter dia juga aktif di Ikatan Dokter Indonsia (IDI) sejak 1999, dan banyak ditugaskan untuk mengurusi masalah atau isu yang berkaitan dengan hukum. Karena kerap terpapar masalah hukum itulah, lelaki kelahiran 30 Juni 1969 itu kuliah lagi di bidang hukum hingga meraih gelar master.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidaksinkornan berikutnya terkait nama. Banyak yang mengira dia berasal dari Makassar Sulawesi Selatan karena nama 'Daeng'. Padahal ayahnya dari Pasuruan dan ibunya dari Pamekasan. "Saya enggak tahu kenapa orang tua beri nama Daeng padahal kami bukan orang Bugis atau Makassar," katanya diiringi senyum kecil.
Ketidaksinkronan berikutnya, meski nama lengkapnya adalah Daeng Mohammad Faqih, tapi oleh teman-teman dekatnya dia punya sapaan khusus, 'Agus'. Kenapa demikian? Kali ini Daeng tak bersedia mengungkapkannya. "Sulit menjelaskannya," Daeng berkilah diringi tawa.
Selain menjadi Ketua Umum IDI periode 2018-2021, Daeng juga aktif di Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia (2014 - 2017), Tim Kendali Mutu Kendali Biaya Pusat, dan di Dewan Pembina Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
(jat/up)











































