5 Fakta Rabies, Penyakit yang Ditularkan Gigitan Anjing

5 Fakta Rabies, Penyakit yang Ditularkan Gigitan Anjing

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 04 Sep 2019 16:45 WIB
5 Fakta Rabies, Penyakit yang Ditularkan Gigitan Anjing
dok: detikcom
Jakarta - Rabies adalah penyakit menular yang hampir selalu berakibat fatal. Hampir 99 persen kasus penularan rabies disebabkan karena gigitan atau liur anjing.

Rabies sangat umum di negara yang memiliki jumlah anjing liar yang besar terutama Asia dan Afrika. Rabies dapat berkembang jika seseorang menerima gigitan dari hewan yang terinfeksi, atau jika air liur dari hewan yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau melalui selaput lendir, seperti mata atau mulut.

Lebih lanjut, berikut fakta mengenai rabies, penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan anjing dikutip dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejalanya seperti demam

Foto: Grandyos Zafna
Biasanya gejala rabies tidak muncul dalam waktu dekat karena virusnya 'tidur' dalam tubuh selama 1-3 bulan yang disebut masa inkubasi. Gejala akan muncul setelah virus melewati sistem saraf pusat dan mengenai otak.

Gejala pertama yang paling umum adalah demam. Selain itu, tubuh sering lelah dan lemah. Orang yang terkena rabies juga mungkin merasakan kesemutan atau rasa terbakar di titik luka. Setelah virus menyebar, seseorang akan mengalami gejala lebih parah.

Tak hanya dimiliki oleh anjing

Foto: Grandyos Zafna
Biasanya, rabies disebarkan melalui gigitan dalam atau goresan dari hewan yang terinfeksi. Di beberapa negara, rabies sebagian besar ditemukan pada hewan liar seperti coyote, rakun, sigung, kelelawar, dan rubah.

Namun memang hampir semua manusia yang terinfeksi virus mendapatkannya dari anjing peliharaan. Cara terbaik untuk menghindari rabies adalah dengan memvaksinasi hewan peliharaan.

Merenggut 55 ribu nyawa tiap tahunnya

Foto: Grandyos Zafna
WHO atau Badan Kesehatan Dunia melaporkan terjadi sekitar satu kematian manusia akibat rabies terjadi setiap 10 menit. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Afrika dan Asia dengan hampir 50 persen korban adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Penyakit rabies selalu berakhir fatal

Foto: Grandyos Zafna
Rabies didiagnosis dengan memeriksa jaringan otak dari pasien yang sudah meninggal. Tidak ada cara untuk mendiagnosis rabies secara pasti sebelum kematian.

Tidak ada obat untuk rabies. Keberhasilan protokol pasca pajanan bervariasi dengan lokasi luka, selang waktu dari pajanan vaksinasi, dan usia serta kesehatan umum pasien.

Vaksinasi bisa cegah rabies

Foto: Grandyos Zafna
Vaksinasi rabies adalah cara terbaik, dan satu-satunya, saat ini untuk mencegah penyakit mematikan ini. Hewan seperti anak anjing, kucing, ternak bahkan manusia yang bekerja di pekerjaan berisiko tinggi untuk paparan rabies harus divaksinasi untuk rabies.

Vaksin selalu berhasil jika diberikan segera setelah paparan. Pasien akan mendapatkan satu dosis imunoglobulin rabies yang bekerja cepat, yang akan mencegah terinfeksi virus.

Halaman 2 dari 6
Biasanya gejala rabies tidak muncul dalam waktu dekat karena virusnya 'tidur' dalam tubuh selama 1-3 bulan yang disebut masa inkubasi. Gejala akan muncul setelah virus melewati sistem saraf pusat dan mengenai otak.

Gejala pertama yang paling umum adalah demam. Selain itu, tubuh sering lelah dan lemah. Orang yang terkena rabies juga mungkin merasakan kesemutan atau rasa terbakar di titik luka. Setelah virus menyebar, seseorang akan mengalami gejala lebih parah.

Biasanya, rabies disebarkan melalui gigitan dalam atau goresan dari hewan yang terinfeksi. Di beberapa negara, rabies sebagian besar ditemukan pada hewan liar seperti coyote, rakun, sigung, kelelawar, dan rubah.

Namun memang hampir semua manusia yang terinfeksi virus mendapatkannya dari anjing peliharaan. Cara terbaik untuk menghindari rabies adalah dengan memvaksinasi hewan peliharaan.

WHO atau Badan Kesehatan Dunia melaporkan terjadi sekitar satu kematian manusia akibat rabies terjadi setiap 10 menit. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Afrika dan Asia dengan hampir 50 persen korban adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Rabies didiagnosis dengan memeriksa jaringan otak dari pasien yang sudah meninggal. Tidak ada cara untuk mendiagnosis rabies secara pasti sebelum kematian.

Tidak ada obat untuk rabies. Keberhasilan protokol pasca pajanan bervariasi dengan lokasi luka, selang waktu dari pajanan vaksinasi, dan usia serta kesehatan umum pasien.

Vaksinasi rabies adalah cara terbaik, dan satu-satunya, saat ini untuk mencegah penyakit mematikan ini. Hewan seperti anak anjing, kucing, ternak bahkan manusia yang bekerja di pekerjaan berisiko tinggi untuk paparan rabies harus divaksinasi untuk rabies.

Vaksin selalu berhasil jika diberikan segera setelah paparan. Pasien akan mendapatkan satu dosis imunoglobulin rabies yang bekerja cepat, yang akan mencegah terinfeksi virus.

(kna/up)

Berita Terkait