Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan harga rokok kretek filter menjadi faktor utama penyumbang kemiskinan. Harga rokok memiliki andil terhadap kemiskinan 11,38 persen di pedesaan dan di perkotaan 12,22 persen.
"Rokok ini terus naik, inflasi dari rokok ini naik. Rokok naik (belanjanya-red) kok nggak ada yang complain ya," kata Suhariyanto kepada detikcom beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
baca juga
Jika dibiarkan terus menerus, persoalan ini bisa berimbas pada kondisi bayi stunting atau tubuh pendek akibat masalah gizi kronis. Belanja rokok yang cukup besar membuat masyarakat miskin tak mampu lagi membeli bahan makanan pokok dan membuat gizi ibu hamil dan bayi yang sedang dalam masa menyusui tak tercukupi.
Padahal ibu hamil dan menyusui perlu konsumsi makanan yang sarat gizi. Namun hingga saat ini, proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5 persen.
"Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan perilaku makan buah dan sayur yang cukup, yakni 5 porsi per hari sesuai anjuran WHO, baru mencapai 5 persen," kata Menkes RI, Nila F Moeloek.
Stunting bukan hanya berkenaan dengan kurangnya gizi kronis tapi juga berpengaruh terhadap angka kemiskinan yang cenderung terpelihara. Diharapkan, kenaikan cukai dan harga rokok mampu mengurangi proporsi angka perokok aktif di Indonesia.
baca juga
(up/up)











































