"Obat parasetamol tak bisa lagi mengatasi pusing yang terus saya rasakan. Efeknya mungkin saya nilai 7 dari 10 karena pusingnya akan kembali. Saya harus menginap semalam usai diagnosa namun tak menyangka hasilnya segawat ini. Seorang suster mengatakan mereka menemukan massa berwarna gelap dalam otak saya," kata Ashan.
Ashan diberitahu lebih jelas soal massa tersebut dalam perjalanan menuju operasi keesokan harinya. Menurut pria 25 tahun tersebut, ia baru diberi tahu jaringan tersebut adalah kanker sekitar 5 menit sebelum tindakan medis. Dokter berhasil menghilangkan sebagian tumor glioblastoma, namun tidak bisa menyentuh sela lain karena letaknya yang terlalu rumit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya membaca cerita keluarga yang mengalami hal serupa dan berhasil memperbaiki diri. Saya mengambil sisi poditif dari cerita tersebut dan mencari banyak info soal kanker. Selain itu, saya juga mulai diet alkalin meski tidak terlalu menikmatinya. Nafsu makan saya turun, kehilangan berat badan, dan mulai terasa lemah" kata Ashan.
Niat Ashan mendapat dukungan penuh dari saudara kembarnya Aysa yang membuka donasi untuk biaya pengobatan. Menurut Aysa, mereka akan mencoba semua jalan demi kesembuhan Ashan yang sebelumnya tak pernah sakit. Dukungan penuh dari donatur dan lingkungan dekat membantu Ashan dan Aysa merasa optimis dan memandang hidup dengan lebih baik.
Rencananya, Aysa akan menemani Ashan melakukan terapi eksperimental dengan cannabis oil. Setelah itu, Ashan akan melakukan radioterapi yang kadang mengakibatkan rambut pasien rontok dan merasa lemah. Meski begitu, Ashan akan mencoba berbagai peluang tiap hari demi bisa bisa sembuh.
(wdw/wdw)











































