Bagi pasangan LGBT, surrogate mother atau surogasi sering jadi pilihan untuk mempunyai keturunan. Mereka dapat memberikan sel telur atau sperma yang sudah difertilisasi dengan sel telur atau sperma donor kemudian dikembangkan di rahim ibu pengganti. Program surogasi sendiri ternyata mempunyai risiko bagi ibu pengganti.
Dikutip dari Surrogate.com, kehamilan surogasi juga mempunyai risiko yang sama dengan kehamilan lainnya. Hal ini termasuk mual di pagi hari, penambahan berat badan, sakit punggung, dan beragam efek lainnya. Risiko keguguran juga menyertai kehamilan surogasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai prosedur transfer embrio, ibu pengganti dapat merasakan kram perut atau pendarahan. Ibu pengganti juga harus berhati-hati bila mengandung bayi kembar.
Maka penting bagi ibu pengganti untuk selalu berkonsultasi dengan dokter guna mengatasi segala keluhan sepanjang kehamilan. Melakukan screening sebelum menjadi ibu pengganti juga sangat dianjurkan supaya si ibu dan dokter memahami risiko yang akan dihadapi.
Ibu pengganti dapat mengalami depresi akibat ikatan emosional terhadap bayi yang dikandungnya 9 bulan yang nantinya menjadi milik orang lain. Konsultasi ke ahli kesehatan jiwa turut diperlukan untuk menanganinya.
(up/up)











































