Tertulis di keranjang motor di belakang, PEMBURU BUMIL RESTI atau pemburu ibu hamil risiko tinggi. Para penjual sayur ini mengemban misi khusus untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang masih cukup tinggi di Kecamatan Sempu.
Khusnul Khotimah (47) merupakan salah satu pembawa misi mulia tersebut. Khusnul merupakan koordinator dari para pemburu bumil resti. Tiap harinya, ia berjualan sayur sembari mendekati para ibu hamil yang dilaporkan berisiko tinggi untuk rutin periksa ke puskesmas, menghindari kendala saat melahirkan nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu hamil yang masuk risiko tinggi memiliki kategori berusia 35 tahun ke atas atau di bawah 20 tahun, kemudian yang pernah menjalani operasi, jarak anak yang sangat dekat, atau terlalu jauh. Dalam sehari Khusnul bisa mendapatkan 'buruan' data satu atau dua ibu hamil berisiko tinggi.
Tugas Khusnul dan para pemburu lainnya yang berjumlah 10 orang di tiap desa hanya sebagai pengawas. Tindak lanjut akan dilakukan pihak puskesmas Sempu dan Laskar SAKINA (Stop Angka Kematian Ibu dan Anak), salah satu inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Para kader Laskar akan mendampingi bumil saat kehamilan hingga melahirkan dan bahkan menyusui. Pelatihan khusus juga mereka jalani, tiap bulan dilakukan diskusi dan koordinasi dengan seluruh pihak terkait.
Motor para pedagang sayur yang merangkap jadi pemburu ibu hamil. Foto: Frieda Isyana Putri |
Sudah tiga tahun Khusnul memburu para ibu hamil berisiko tinggi dengan sistem jemput bola.
"Sebelumnya kan ada banyak ibu atau anak meninggal dunia karena resiko tinggi. Masalahnya, jarak dari puskes ke rumah warga itu jauh. Jadi dibentuk satgas, mulai dari pemburu yang mendata, Laskar SAKINA yang monitor sampai masa nifas kelar, dan petugas medis, kayak bidan yang memeriksa mereka," lanjutnya.
Salah satu warga desa Panjen yang juga menjadi salah satu ibu hamil berisiko tinggi bernama Marianah (40) mengaku merasakan manfaat dari adanya inovasi program ini. Ia sering didatangi untuk diberi saran dan merutinkan pemeriksaan ke puskesmas tiap bulan.
"Usia kandungan 7 bulan. Saya masuk risiko tinggi karena usia di atas 35 tahun. Waktu anak kedua pernah meninggal dunia. Ini anak ketiga. Jarak yang meninggal sama sekarang 3 tahun," tandasnya.
(frp/fds)












































Motor para pedagang sayur yang merangkap jadi pemburu ibu hamil. Foto: Frieda Isyana Putri