"Memang beliau berkehendak menyapa. Terutama ada anak sekolah cukup banyak sambil memegang kamera HP. Kemudian melaksanakan ingin bersalaman atau berfoto," kata Kapolda Banten Irjen Tomsi Tohir kepada wartawan di RSUD Berkah, Pandeglang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengalami dampak kehebohan, mendengar beritanya, atau diceritakan, akan menimbulkan kebingungan dan bisa juga membuat anak-anak jadi trauma. Istilahnya vicarious trauma, mengalami trauma akibat trauma orang lain," kata Ratih pada detikcom, Kamis (10/10/2019).
Hal serupa juga diungkapkan oleh psikolog klinis anak Amanda Margia Agustario. Menurutnya kondisi psikis anak saat menyaksikan peristiwa penusukan Wiranto akan menentukan apakah ia akan mengalami trauma setelah itu.
"Hal itu bisa menjadi peristiwa traumatis, tapi bisa juga enggak. Tergantung kondisi psikis anak," pungkas Amanda saat dihubungi terpisah.
(fds/up)











































