Tulisan cerita tersebut pertama kali diposting oleh seorang wanita di media sosial Facebook. Namun, postingan asli cerita itu sudah dihapus. Banyak netizen yang sempat meng-capture postingan tersebut dan membagikannya kembali di media sosial.
Postingan tersebut bercerita tentang seorang wanita dengan 4 orang anak yang ditinggalkan suaminya tiba-tiba tanpa kabar. Tak disangka ternyata suaminya diam-diam poligami dan pergi ke Turki untuk berbulan madu bersama istri barunya. Mengetahui hal tersebut, akhirnya wanita tersebut memutuskan untuk bercerai dari suaminya yang sudah dinikahinya selama 8 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, hal apa sih yang melatarbelakangi seseorang seringkali membagikan kisah haru kehidupannya di media sosial?
Menurut praktisi psikolog, Nuzulia Rahma Tristinarum, kebutuhan untuk katarsis bisa jadi melatarbelakangi seseorang berbagi kisah haru tersebut. Menurutnya, menulis adalah salah satu bentuk katarsis atau pelampiasan emosi seseorang.
Nuzulia menyampaikan, pada dasarnya menulis dapat membuat seseorang melepaskan emosinya sehingga menjadi lebih lega dan tenang. Hanya saja, tidak semua orang mampu menahan dirinya untuk tidak membagikan tulisan tersebut di media sosial.
"Untuk tulisan di media sosial sendiri, sebenarnya jika ditulis dalam bentuk tulisan yang baik, misalnya tidak mencantumkan nama asli, tidak mencaci maki berlebihan, itu adalah hal yang wajar," ucap Nuzulia saat dihubungi detikcom, Senin (4/11/2019).
Namun, Nuzulia mengingatkan konsekuensi yang mungkin ditimbulkan ketika membagikan sesuatu di media sosial. Sebab menurutnya, kita tidak dapat mengontrol respon atau reaksi pembaca.
(up/up)











































