Menurut Anastasya Satrio, psikolog di Tiga Generasi, makna setiap cerita tergantung persepsi masing-masing orang yang membacanya. Karena tiap cerita memiliki sudut pandang yang berbeda. Bisa jadi ketika sebuah cerita begitu diminati karena sudut pandang yang ada dalam cerita begitu menarik sehingga banyak diminati.
Minat pembaca cerita haru yang kian meningkat ini berhubungan dengan kultur masyarakat yang ada di wilayah tertentu. Setiap negara memiliki kultur yang berbeda sehingga menciptakan minat bacaan yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anastasia menjelaskan banyaknya orang meminati cerita sedih seperti kisah layangan putus karena cerita tersebut cenderung menyentuh sisi emosi manusia. Terlebih lagi cerita ini berkembang di Indonesia yang masih erat dengan kultur patriarki. Laki-laki sebagai kepala keluarga dianggap dominan dan superior dengan posisi perempuan yang submisif (menyerah pada semua hal yang terjadi).
Kisah sedih mudah sekali viral karena ada wadah atau tempat membuat cerita semacam ini mudah tersebar. Media sosial (medsos) adalah sarana termudah yang bisa diakses setiap orang. Karenanya medsos dianggap media komunikasi yang empuk untuk memviralkan setiap cerita.
(up/up)











































