Dikutip dari situs Universitas Gadjah Mada (UGM), sosok Prof Dr Sardjito dikenal sebagai sosok sarjana lengkap. Dia aktif dalam bidang sosial, budaya, perdamaian, seni, serta ikut dalam perjuangan melawan penjajah. Berikut 5 fakta soal Prof Dr Sardjito.
1. Lulusan STOVIA
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum mendapat gelar Pahlawan Nasional, Prof Dr Sardjito sempat menerima beberapa bintang kehormatan. Seperti diberitakan detikcom, anugerah tersebut antara lain Bintang Mahaputra, Bintang Gerilya, Bintang Kemerdekaan, dan Bintang Karyasatya.
2. Membuat biskuit tentara
Prof Dr Sardjito membuat biskuit untuk tentara yang kemudian dikenal sebagai Biskuit Sardjito. Adanya biskuit ini sangat membantu tentara yang berada di medan perang, dengan persediaan logistik serba terbatas.
"Karena biskuit Sardjito itu mempunyai formula yang khusus, sehingga bisa menahan lapar atau energinya cukup besar untuk di lapangan. Memang banyak jasa beliau," kata Rektor UGM Yogyakarta Prof Panut Mulyono kepada detikcom.
3. Mengamankan vaksin cacar
Jasa Prof Dr Sardjito lainnya adalah berhasil mengamankan vaksin cacar saat perang melawan tentara Jepang dan sekutu. Vaksin cacar yang dikembangkan Institut Pasteur Bandung sangat dibutuhkan Indonesia.
"Sehingga (vaksin cacarnya) disuntikkan di kerbau, nanti setelah sampai Klaten itu vaksinnya diambil lagi. Kemudian (kiprah) beliau (yang lainnya) juga aktif atau pernah menjadi kepala PMI, Palang Merah Indonesia," kata Prof Panut.
4. Membawa Indonesia semakin dikenal dunia
Seperti diberitakan detikcom, Prof Dr Sardjito membawa Indonesia semakin dikenal dunia lewat tulisan berjudul lewat berjudul The Revival of Sculpture in Indonesia. Dengan tulisan ini, Candi Borobudur dan Prambanan mulai dilirik masyarakat internasional.
Tulisan Prof Dr Sardjito dipresentasikan di Kongres Pasifik Keilmuan ke-8 di Quezon City Manila Filipina tahun 1953. Topik pembahasan adalah seni memahat di Indonesia mulai prasejarah sampai masa kolonial, yang diulas lewat perspektif genetika.
5. Namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit
Prof Dr Sardjito meninggal pada 5 Mei 1970 dalam usia 80 tahun. Selain menjadi rektor, dia juga menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM).
Namanya kemudian menjadi salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Provinsi DI Yogyakarta yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito. Selain melayani masyarakat, rumah sakit ini juga menjadi wahana pendidikan mahasiswa.
(up/up)











































