Rencana pemerintah menganggarkan Rp 72 miliar untuk menyelamatkan pariwisata dari dampak virus corona menuai pro dan kontra. Dana tersebut antara lain untuk menyewa jasa influencer.
Di satu sisi, sektor pariwisata memang perlu diselamatkan setelah babak belur terdampak wabah virus corona. Namun di sisi lain, Indonesia belum menemukan satupun kasus positif virus corona COVID-19.
Menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Ascobat Gani, memperkuat skrining untuk menemukan kasus virus corona di 135 titik masuk Indonesia tidak kalah pentingnya dibanding memperkuat pariwisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Surveilans dulu deh kalau ada kasus cepat kita temukan, kita isolasi supaya tidak menyebar. Fokus ke sana dulu," kata Prof Ascobat kepada detikcom, Rabu (26/2/2020).
Namun Prof Ascobat mengingatkan bahwa menemukan kasus dan menyelamatkan pariwisata adalah dua hal yang berbeda. Pencarian kasus dananya dari Kementerian Kesehatan, sedangkan untuk pariwisata lebih bersifat investasi.
Pendapat senada juga disampaikan pakar biologi molekuler dari Eijkman Institute, Prof Amin Soebandrio. Menurutnya, memperkuat pariwisata maupun surveilans sama-sama penting dan harus dilakukan.
"Di satu sisi surveilans penting untuk meyakinkan internasional termasuk para wisatawan bahwa Indonesia memang aman," jelasnya.
(up/kna)











































