Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin luas. Pada awal tahun ini tercatat ada 71 kasus yang tersebar dari dataran rendah hingga perbukitan.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulonprogo, Baning Rahayu Jati, mengatakan kasus di perbukitan menjadi hal baru.
"Dulu tidak pernah ada DBD kok di perbukitan. Tapi awal tahun ini kasusnya ada," jelas Baning Rahayu Jati, kepada wartawan Rabu (11/3/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebaran kasus DBD yang semakin luas ini menjadikan Dinas Kesehatan (Dinkes) harus bekerja ekstra keras. Berdasarkan pola enam tahun, puncaknya diprediksi akan terjadi pada 2022 mendatang.
"Kalau ini tidak dicegah, 2022 angkanya akan seberapa. Karena enam tahun lalu (2014) hanya 128 kasus selama setahun," tutur Baning.
Kasus demam berdarah ini tersebar di wilayah Galur, Lendah, Wates hingga di Temon. Dinkes telah melakukan pengasapan (fogging) di sejumlah lokasi karena masih ada temuan kasus yang baru.
Fogging sendiri bukan merupakan upaya membasmi nyamuk Aides aigepty, hanya memutus mata rantai penyebaran saja.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Kesehatan Kulonprogo, Sri Budi Utami, mengatakan upaya pencegahan DBD paling ampuh adalah dengan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Yakni dengan mengubur, menutup dan menguras tandon air.
Langkah pencegahan penting dilakukan karena belum ada wilayah di Kulon Progo yang memenuhi syarat bebas jentik.
"Kita terus sosialisasikan gerakan PSN, untuk pencegahan," pungkas Sri.
(fds/fds)











































