Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD

Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD

Pradito Rida Pertana - detikHealth
Senin, 27 Apr 2020 14:16 WIB
Penampakan Bilik Swab RSA UGM, Alternatif Menghemat APD
Bilik swab (Foto: Humas UGM)
Yogyakarta -

Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai menggunakan gama swab sampling chamber atau bilik khusus untuk mengambil sampel pasien yang diduga terjangkit COVID-19. Penggunaan bilik itu untuk efisiensi pemakaian Alat Pelindung Diri dan meningkatkan kapasitas diagnosis.

Direktur Utama RSA UGM, dr. Arief Budiyanto mengatakan, bahwa ada 2 tujuan penggunaan bilik tersebut. Di mana yang pertama, adalah untuk meningkatkan kapasitas diagnosis COVID-19, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Tujuannya adalah 2, pertama adalah meningkatkan kapasitas untuk pemeriksaan swab dalam rangka PCR diagnostic COVID-19," katanya saat ditemui wartawan di RSA UGM, Kabupaten Sleman, Senin (27/4/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengingat sebelumnya, yang bisa diswab adalah pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani rawat inap atau orang dalam pemantauan (ODP) rawat inap. Sedangkan untuk ODP rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG) itu tidak bisa difasilitasi karena keterbatasan reagen dan alat.

Lanjut Arief, dengan adanya alat ini maka kapasitas pemeriksaan swab dapat ditingkatkan, terutama kepada orang dalam pemantauan (ODP) rawat jalan dan orang tanpa gejala (OTG).

ADVERTISEMENT

"Sehingga nantinya kapasitas diagnosis bisa ditingkatkan, banyak yang bisa diswab dan hasilnya semoga banyak yang negatif," ujarnya.

Sedangkan tujuan kedua, Arief menyebut saat ini seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) mengalami kendala kekurangan alat pelindung diri (APD). Hal itu karena untuk mengambil sampel pasien para tenaga medis harus mengenakan APD.

"Kedua, Rumah Sakit mengalami problem kekurangan APD, dengan bilik ini maka harapannya bisa menghemat penggunaan APD, terutama saat pengambilan sampling," kata Arief.

Sebelumnya, Dosen UGM mengembangkan bilik swab yang dilengkapi HEPA filter yang memudahkan dan melindungi tenaga kesehatan. Dengan bilik ini, tenaga medis tak perlu pakai alat APD saat mendeteksi infeksi COVID-19 pada pasien.

"Dengan bilik ini tenaga kesehatan tidak memerlukan alat pelindung diri (APD) saat melakukan tes swab pada pasien," kata pengembang bilik swab, Jaka Widada, PhD, melalui keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Jumat (17/4/2020).

Dosen Departemen Mikrobiologi Pertanian Fakultas Pertanian UGM ini menjelaskan tenaga kesehatan tidak perlu menggunakan APD karena mereka berada di dalam bilik saat mengambil sampel dari pasien. Proses pengambilan sampel lendir dari dalam hidung maupun tenggorokan pasien menggunakan sarung tangan yang menonjol keluar dari bilik.

Dia berharap bilik tersebut tidak hanya membantu dan menghemat APD saat pengujian swab. Bilik ini juga dapat memberikan kenyamanan bagi petugas kesehatan saat melakukan uji swab, tetapi tetap memperhatikan keamanan tenaga kesehatan dan pasien.

"Tenaga kesehatan tidak perlu pakai APD hanya cukup mengunakan masker sehingga nyaman tidak terbebani dengan hazmat yang berat dan panas," papar pria yang meraih gelar doktor di University Tokyo ini.

Tak hanya itu, bilik ini dapat mengurangi limbah alat medis serta menyiasati kekurangan perlengkapan medis. Sehingga bisa menjadi solusi alternatif bagi petugas kesehatan di tengah keteratasan APD.

Bilik tersebut di desain dengan ukuran 90x90 cm cengan tinggi 2 meter. Body bilik terbuat dari bahan alumunium panel composit (APC) dengan ketebalan sekitar 3 mm. Dilengkapi dengan pintu pada bagian belakang dan di bagian depan memakai kaca dengan tebal 6 mm dengan dua lubang yang dipasang saung tangan panjang berstandar medis dilengkapi dengan handscoon sekali pakai untuk tangan petugas kesehatan memeriksa pasien.

Bilik ini juga dilengkapi dengan HEPA filter yang biasa dipakai untuk membuat ruangan bersih dan steril layaknya di laboratorium. Di dalam bilik juga diberi lampu pencahayaan dan blower. Selain itu turut dilengkapi dengan amplifier dengan speaker sebagai sarana komunikasi dengan pasien.

Desain bilik yang bersifat dinamis, dapat bergerak dengan empat roda di bawahnya. Dengan desain seperti itu memungkinkan bilik untuk dipindahtempatkan dengan mudah dan dapat dipakai di berbagai tempat.

Disinfeksi dilakukan pada sarung tangan sekali pakai dan permukaan luar bilik sebelum siap dipakai oleh pasien berikutnya.

"Jadi saat ada pasien baru datang untuk di-swab kondisinya sudah bersih, sudah disemprot dan diganti dengan sarung tangan yang baru," terangnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Tindak Lanjut UGM soal Dosen FKH Tersangka Praktik Stem Cell Ilegal"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Berita Terkait