Prank menjadi salah satu tren yang cukup banyak dilakukan orang, bahkan banyak yang menjadikannya konten video yang diposting di berbagai media sosial. Misalnya tren prank supir ojek online hingga yang terbaru saat ini yaitu bagi-bagi 'makanan' sampah yang dilakukan YouTuber dari Bandung, Ferdian Paleka.
Prank sebenarnya masuk ke dalam kategori permainan yang tujuannya untuk meramaikan (memeriahkan) suasana dengan mengecoh orang lain melalui usaha mengaburkan logika dan realita. Tapi, dampak yang ditimbulkan ternyata sangat luas terutama untuk korbannya.
"Tren seperti itu tidak baik dan berdampak buruk bagi banyak pihak. Bagi si pelaku, akan mendapat kecaman dari orang yang terkena prank atau dari penonton maupun netizen," kata Nuzulia Rahma, psikolog ProHelp Center.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi orang yang terkena prank, akan menimbulkan luka hati, rasa tidak dihargai, bahkan merasa direndahkan," lanjutnya saat dihubungi detikcom, Senin (4/5/2020).
Menurut Rahma, efek atau dampak dari tindakan prank ini juga bisa lebih buruk lagi. Tren ini bisa menimbulkan rasa sakit hati, menurunkan rasa percaya diri orang yang terkena prank, sampai memunculkan rasa dendam pada pelakunya.
Tak hanya untuk pelaku dan korban, Rahma juga menyebutkan dampak ini bisa dirasakan orang yang menontonnya, khususnya usia muda atau remaja yang masih labil. Bisa jadi mereka ikut-ikutan karena dianggap seru dan lucu.
"Khususnya yang masih remaja atau usia labil, bisa ikut-ikutan karena hal ini dianggap seru, lucu, dan menantang. Sehingga kondisi di lingkungan sosial semakin memburuk," tandasnya.
(sao/up)











































