Remaja Perekam Pembunuhan George Floyd Di-bully, Ini Saran Psikolog

Remaja Perekam Pembunuhan George Floyd Di-bully, Ini Saran Psikolog

Achmad Reyhan Dwianto - detikHealth
Selasa, 02 Jun 2020 15:39 WIB
Demo memprotes kematian George Floyd juga digelar di London. Unjuk rasa ini sebagai wujud solidaritas dengan publik AS yang kini menggelar aksi besar-besaran.
Remaja perekam pembunuhan George Floyd di-bully (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Remaja perekam video keempat polisi Minnesota yang menindih leher George Floyd dengan lututnya hingga tewas, trauma akibat di-bully di media sosial.

Darnella Frazier (17) Mengungkap bahwa dirinya harus menghadapi perundungan akibat video yang diunggahnya. Sebab, sebagian besar mengkritik kenapa saat itu Darnella tidak membantu George Floyd dan lebih memilih merekam peristiwa tersebut.

"Kalau bukan karena aku empat polisi itu masih punya pekerjaan, membuat masalah yang lain. Para polisi itu kemungkinan besar akan menutupi perbuatannya. Daripada mencemooh, berterima kasihlah padaku! Karena bisa saja itu terjadi pada orang-orang yang kamu sayangi dan kamu pasti juga ingin melihat kebenarannya. Siapapun yang ingin mengatakan hal-hal negatif tolong blok aku saja. Aku tidak memaksa kalian untuk menontonku," tulis Darnella dalam postingan akun Facebook miliknya.



Menanggapi hal ini, psikolog klinis dari Ciputra Medical Center, Christina Tedja, MPsi, mengatakan selain perundungan yang dilakukan secara verbal atau fisik, salah satu yang bisa berdampak besar terjadinya trauma adalah cyber bullying.

"Trauma bisa baru muncul kalau peristiwa telah berlalu dan selesai. Namun, perasaan, pikiran, bahkan tindakan masih berada (membekas) pada masa yang telah berlalu itu," kata Tina, sapaan akrabnya kepada detikcom, Selasa (2/6/2020).

Menurut Tina, cara terbaik untuk mengatasi perilaku perundungan adalah dengan memaafkan. Namun, bukan berarti membiarkan mereka seenaknya terus-menerus melakukan hal tersebut.

"Memaafkan bukan berarti memperbolehkan orang lain memperlakukan kita sebagaimana senangnya (seenaknya) mereka. Tetapi, memaafkan artinya melihat, tahu, melewati, tanpa membuat pengalaman tersebut 'mengendap' di pikiran dan ingatan kita," jelas Tina.

"Belajar cuek bahasa awamnya," lanjutnya.

Tina juga menjelaskan, seseorang yang trauma akibat mengalami perundungan tidak akan bisa sembuh dengan sendiri dan perlu didampingi oleh yang lebih ahli di bidangnya.

"Perlu pendampingan. Karena jika tidak dia bisa secara perlahan menjadi post traumatic syndrome disorder (PTSD). Jadi setelah trauma ada lagi yang namanya PTSD, yang mana dampaknya lebih berat," tuturnya.




(fds/fds)