Sampai saat ini, virus Corona COVID-19 masih menghantui masyarakat dunia di tengah aktivitas yang sudah mulai berjalan normal. Tetapi, meski perlahan mulai normal protokol kesehatan tidak boleh dilupakan.
Berbagai hal tentang virus Corona pun mulai menyebar di masyarakat, mulai dari siapa yang rentan terinfeksi hingga mutasi virus yang disebut semakin berbahaya. Untuk menjawabnya, berikut 3 hal tentang virus Corona COVID-19 yang dikutip dari Reuters.
1. Mutasi membuat virus semakin efisien untuk menyerang sel tubuh
Mutasi genetik pada virus Corona baru secara signifikan bisa meningkatkan kemampuannya menginfeksi sel tubuh. Hal ini bisa menjawab pertanyaan mengapa wabah virus ini lebih besar terjadi di Italia Utara dan New York dari pada kasus saat awal pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan di Scripps Research di Florida mengatakan, mutasi virus masih jarang terlihat pada Maret. Tetapi, pada April mutasi itu menyumbang sekitar 65 persen kasus yang masuk ke dalam data GenBank yang dijalankan oleh National Institutes of Health.
Mutasi virus yang disebut D614G memiliki jumlah mahkota yang lebih banyak, yang digunakan virus untuk mengikat dan membobol sel tubuh manusia. Mahkota itu juga membuatnya lebih stabil.
Para peneliti mengatakan, dibandingkan dengan partikel virus tanpa mutasi, virus yang bermutasi ternyata sama rentannya terhadap pengobatan antibodi dari darah pasien Corona yang sembuh.
2. Orang dengan penyakit paru lebih reseptif terhadap infeksi virus
Orang yang memiliki gangguan pernapasan tampaknya lebih rentan terhadap infeksi virus Corona. Virus ini pecah menjadi sel-sel melalui protein reseptor pada permukaan sel yang disebut ACE2.
Peneliti menemukan orang dengan kondisi asma, penyakit paru obstruktif kronis, hipertensi paru, dan perokok memiliki lebih banyak reseptor ACE2 pada sel paru-parunya. Dalam analisis mereka, dari sel paru 700 orang dengan kondisi ini juga ditemukan protein selain ACE2 yang berdampak pada siklus hidup virus.
3. Virus bisa bertahan pada alat pelindung diri
Sebuah studi menyoroti adanya potensi virus bisa bertahan pada alat pelindung diri (apd) petugas kesehatan. Untuk membuktikannya, para peneliti mencemari alat perlindungan dengan virus, seperti sarung tangan nitril, sarung tangan khusus untuk bahan kimia, masker respirator partikulat N-95 dan N-100, baju APD yang terbuat dari bahan tyvek, plastik, katun, serta stainless steel.
Saat diuji, ternyata virus yang berpotensi menular masih ada, walaupun pada tingkatan yang rendah.
- 21 hari pada plastik.
- 14 hari pada baju APD.
- 7 hari pada sarung tangan nitril.
- 4 hari pada sarung tangan yang tahan akan bahan kimia.
Namun pada kain 100 persen katun, virus hanya bisa bertahan selama satu jam. Jumlah virus yang aktif benar-benar menurun hingga 99,9 persen, dan itu tidak terdeteksi lagi dalam waktu kurang dari 24 jam.
"Hal ini menunjukkan penggunaan perlengkapan rawat dengan bahan kain katun memberikan risiko lebih rendah, selama penanganan untuk dekontaminasi dan bisa digunakan kembali setelah dicuci sesuai protokol kesehatan," tulis para peneliti.
(sao/naf)











































