Sepekan ini sempat ramai kabar soal kota Solo, Jawa Tengah, menjadi zona hitam wabah virus Corona COVID-19. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Solo, Ahyani, karena melihat peningkatan kasus Corona yang drastis.
"Biasanya tambah 1-2 orang, hari ini tambah 18 orang. Sudah bukan zona merah lagi, zona hitam," kata Ahyani pekan lalu.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, menjelaskan dalam kode warna zonasi wilayah sebetulnya hanya ada merah, oranye, kuning, dan hijau. Warna-warna tersebut mewakilkan seberapa banyak transmisi COVID-19 yang terjadi pada satu wilayah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Asal Muasal Solo Disebut 'Zona Hitam' Corona |
"Istilah hitam nggak ada karena sebenarnya merah. Zona merah ini menggambarkan kasusnya banyak, transmisi virus Corona COVID-19 mengancam penduduk di situ," jelas Miko saat dihubungi detikcom.
Dikutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), suatu daerah bisa dikatakan zona hijau bila brehasil menekan laju penyebaran virus sehingga tidak ditemukan lagi kasus positif COVID-19.
Terkait peningkatan jumlah kasus secara signifikan di Solo, Miko menyebut beberapa kemungkinan. Salah satunya peningkatan kasus yang tinggi dan munculnya klaster-klaster di pesantren, mal, dan pasar tradisional.
"Solo kan banyak pesantren, mungkin santrinya kembali masuk. Kemudian, Solo juga mal sudah dibuka dan sebagainya, ya mungkin abai terhadap protokol kesehatan," ungkapnya.
(fds/fds)











































