Universitas Airlangga (Unair) berhasil menyelesaikan tahapan uji klinis 3 kombinasi obat untuk mengatasi virus Corona. Diklaim bakal menjadi obat pertama di dunia untuk COVID-19.
"Tentu karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia," ujar Rektor Unair, Prof Nasih dalam rilis yang diterima detikcom dari Humas Unair.
Didukung Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI-AD, riset ini meneliti 3 kombinasi obat sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Kombinasi pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin
- Kombinasi kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycyclin
- Kombinasi ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromycin.
Klaim 'temuan' obat COVID-19 pertama di dunia tersebut mendapat sejumlah kritik. Salah satunya disampaikan praktisi kesehatan sekaligus akademisi Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD. Menurutnya, sebuah riset obat tidak selesai hanya dengan uji klinis.
"Jadi kalau suatu uji klinis baru selesai, uji coba berikutnya tentu ketika coba disubmit ke kongres dunia dan selanjutnya dipublikasi di jurnal internasional," kata dr Ari.
Publikasi di jurnal internasional, menurut dr Ari diperlukan untuk mendapat pengakuan bahwa uji klinis tersebut memang valid dan bisa masuk guideline maupun protokol pengobatan baru. Lewat publikasi tersebut, akan dinilai juga apakah hasilnya konsisten dengan penelitian lain di berbagai negara.
Minimnya publikasi juga disorot praktisi biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD. Menurutnya, efektivitas dan keamanan kombinasi obat tersebut sulit dinilai jika data yang tersedia tidak cukup detail.
"Kalau saya sebagai pihak otoritas saya nggak berani mengatakan sudah ditemukan karena datanya terlalu sederhana. Jadi lebih baik sekarang kita tunggu dari BPOM," kata Ahmad.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito ketika dihubungi hanya menjawab singkat. "Akan ada penjelasan dari Badan POM," kata Penny saat dihubungi detikcom, Minggu (16/8/2020).
(up/up)











































