Obat antivirus remdesivir dengan merek Covifor yang diimpor PT Kalbe Farma Tbk kini menjadi perbincangan hangat setelah siap diedarkan sebagai obat COVID-19. Dikutip dari situs PT Kalbe Farma Tbk, remdesivir adalah hasil kerja sama dengan PT. Amarox Pharma Global yang merupakan bagian dari perusahaan farmasi Hetero asal India.
"Amarox Pharma Global adalah perusahaan Hetero pertama yang menerima persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) untuk remdesivir dari BPOM. Status EUA remdesivir adalah untuk perawatan atau kasus COVID-19 yang telah terkonfimasi positif berdasarkan tes laboratorium," tulis PT Kalbe Farma Tbk.
Produk Covifor (Remdesivir) Injection ini diproduksi di Hyderabad, India atas lisensi Gilead Sciences, Amerika Serikat. Dalam keterangan disebutkan, remdesivir digunakan pasien dewasa dan remaja berusia 12 tahun atau lebih dengan berat badan minimal 40 kilogram. Pasien sedang menjalani perawatan di rumah sakit dengan kondisi yang parah (severe disease).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menerangkan, remdesivir akan tersedia dengan kisaran harga Rp 3 juta per dosis. Sesuai aturan BPOM, remdesivir tersedia untuk penggunaan darurat yang artinya distribusi akan langsung ke rumah sakit. Remdesivir tidak tersedia di apotik yang mudah diakses masyarakat umum.
Meski begitu, tidak ada salahnya mengetahui informasi lebih detail seputar remdesivir. Informasi yang tepat mencegah publik mudah dipengaruhi kabar yang tidak benar terkait remdesivir. Informasi tersebut misalnya cara pakai dan efek samping yang berisiko muncul pada pasien COVID-19.
Berikut cara pakai dan efek samping remdesivir:
1. Cara pakai remdesivir
Dikutip dari CNN Indonesia, dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan dr Erlina Burhan, MSc, SpP, menjelaskan remdesivir diberikan lewat infus atau intravena. Pemberian remdesivir berlangsung 5-10 hari di masa pengobatan pada pasien COVID-19 kritis atau bergejala berat.
Kategori kritis yang dimaksud adalah tingkat saturasi oksigen kurang dari 94 persen atau telah menggunakan ventilator. Tentunya remdesivir diberikan sesuai saran dokter yang merawat pasien.
2. Efek samping remdesivir
Menurut dr Erlina, pemberian remdesivir diduga mempengaruhi kerja hati atau liver dan ginjal. Karena itu, pasien COVID-19 yang mengalami masalah liver dan ginjal akan dikeluarkan dari uji coba remdesivir. Pasien yang menerima obat remdesivir harus memiliki ginjal dan hati yang berfungsi baik.
Syarat lainnya adalah berusia lebih dari 18 tahun, memiliki gejala berat, dan menandatangani pernyataan sukarela ikut penelitian. Remdesivir bekerja dengan menghambat proses replikasi virus corona dalam tubuh. Hasilnya, efek infeksi virus corona bisa ditekan dan tidak makin luas.
3. Remdesivir terdaftar di BPOM
Dikutip dari situs BPOM berikut identitas remdesivir:
a. Nomor Registrasi: T-RG.01.03.32.322.09.20.04984/NE
b. Tanggal Terbit: 19-09-2020
c. Masa Berlaku s/d Diterbitkan Oleh: Registrasi Obat Direktorat Registrasi Obat
d. Produk: Obat
e. Nama Produk: Covifor
f. Bentuk Sediaan: Serbuk injeksi liofilisasi 100 Mg
g. Komposisi: Remdesivir
h. Merk: -
i. Kemasan: Dus, 1 Vial @ 100 MG
j. Pendaftar: Amarox Pharma Global-Indonesia
k. Diproduksi Oleh: Aspiro Pharma Limited-India
l. Pemberi Lisensi: Gilead Sciences, Inc-United States of America.
(row/pal)











































