Ilmuwan Pfizer Jelaskan Efek Samping Suntikan Vaksin COVID-19

Ilmuwan Pfizer Jelaskan Efek Samping Suntikan Vaksin COVID-19

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Senin, 16 Nov 2020 13:28 WIB
Ilmuwan Pfizer Jelaskan Efek Samping Suntikan Vaksin COVID-19
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Foto: BBC World)
Jakarta -

CEO BioNTech, Prof Ugur Sahin, telah mengumumkan hasil awal yang menjanjikan dari vaksin virus Corona Pfizer. Ia juga mengatakan tidak melihat adanya efek samping serius dari suntikan vaksin tersebut.

Prof Sahin mengatakan, efek samping utama yang terlihat sejauh ini dari vaksin Pfizer adalah nyeri ringan di tempat suntikan diberikan yang akan terasa dalam beberapa hari. Selain itu, beberapa relawan juga mengalami demam ringan hingga sedang di periode yang sama.

"Kami tidak melihat efek samping serius lainnya yang akan mengakibatkan jeda atau penghentian penelitian vaksin," kata Prof Sahin dalam wawancaranya yang dikutip dari Express UK, Senin (16/11/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sekarang memiliki data keamanan untuk sebagian subjek selama lebih dari dua bulan, dan kamu terus mengumpulkan data selama lebih dari dua tahun. Tidak hanya untuk melihat profil efek samping jangka pendek dan menengah, tetapi juga (efek samping) jangka panjang," lanjutnya.

Namun, dalam penelitiannya sejauh ini Prof Sahin mengatakan profil keamanan vaksin benar-benar tidak berbahaya. Ia mengatakan, perlu banyak data untuk mengetahui apakah suntikan vaksin Corona ini bisa bertahan lama atau tidak.

ADVERTISEMENT

Saat ditanya apakah vaksin COVID-19 ini akan menjadi suntikan tahunan seperti vaksin flu, Prof Sahin menjelaskan ada sedikit perbedaan.

"Flu sedikit berbeda, karena dengan flu kita benar-benar berurusan setiap tahun," ujar Prof Sahin.

"COVID-19 tentu saja memiliki beberapa mutasi, tetapi sejauh ini mutasinya sangat berbeda, dan saya tidak berharap virus akan mengalami perubahan dramatis, seperti yang diamati, misalnya untuk influenza," imbuhnya.

Melihat ini, Prof Sahin mengatakan vaksin menjadi satu-satunya booster untuk melindungi manusia dari virus ini. Dalam pemberiannya, ia memperkirakan bisa saja diberikan setiap satu bahkan lima tahun.

"Bisa jadi suntikan diberikan setiap tahun, setiap tahun kedua, atau bahkan setiap lima tahun. Jadi kami benar-benar perlu menghasilkan data untuk menjawab pertanyaan ini," jelasnya.




(sao/kna)

Berita Terkait