1.000 Warga Klaten Terpapar HIV, Terbanyak karena Seks Bebas

1.000 Warga Klaten Terpapar HIV, Terbanyak karena Seks Bebas

Achmad Syauqi - detikHealth
Rabu, 25 Nov 2020 14:30 WIB
1.000 Warga Klaten Terpapar HIV, Terbanyak karena Seks Bebas
Ilustrasi HIV (Foto: iStock)
Klaten -

Sebanyak 1.000 orang warga di Klaten terpapar HIV (human immunodeficiency virus). Data tersebut terhitung sejak pendataan 2007 sampai bulan September 2020.

"Sejak 2007 sampai pendataan terakhir bulan September 2020 ini jumlahnya 1.000 orang. Untuk bulan Oktober dan November belum masuk," jelas pengelola bidang data dan administrasi komisi penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Kabupaten Klaten, Amin Bagus Panuntun pada detikcom, Rabu (25/11/2020) siang di kantornya.

Menurut Amin, data tersebut berasal dari Dinas Kesehatan yang berasal dari berbagai RS dan layanan kesehatan lainnya. Data kemudian diolah di komisi untuk ditindaklanjuti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data kita olah dan ditindaklanjuti. Dari 1.000 orang itu yang meninggal dunia sebanyak 109 orang pengidap," jelas Amin.

Dari jumlah 1.000 orang tersebut, sambung Amin, ada yang masih tahap terinfeksi ringan HIV. Namun ada juga yang mengidap AIDS (acquired imunodeficiency syndrome), sindrom mematikan yang dipicu infeksi HIV.

ADVERTISEMENT

"Ada yang HIV sebanyak 537 orang dan 463 orang sudah AIDS. Persebarannya sudah merata di 26 kecamatan yang ada di Klaten," ucap Amin.

Dari sisi usia, terang Amin, usia para pengidap ada di usia produktif antara 30-45 tahun. Penyebabnya dari berbagai sebab tertular, terutama hubungan seks bebas.

"Penyebarannya terutama lewat seks bebas. Tetapi untuk tahun ini jumlah kasus tahunan masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019," papar Amin.

Pada tahun 2019, kata Amin ada 135 kasus baru tetapi tahun ini hanya 102 kasus. Meskipun tahun ini ada pandemi COVID tidak ada kenaikan signifikan.

"Tidak ada kenaikan, memang lebih rendah sebab di awal pandemi bulan Maret ada penurunan jumlah yang melakukan tes. Tapi kendala kita ada munculnya kasus tidak mau obat," imbuh Amin.

Pengidap tidak mau obat, atau loss follow up, tutur Amin sebanyak 247 orang. Mereka tidak mau obat karena faktor bosan.

"Padahal dengan tidak mau minum obat risiko penyebaran semakin besar dan kesehatan semakin rentan. Apalagi di tengah pandemi COVID saat ini," pungkas Amin.

Pengelola program KPA Kabupaten Klaten, Fauzi Rivai mengatakan untuk mengatasi yang tidak mau obat itu dilakukan penelusuran dan melibatkan kelompok dukungan sebaya (KDS).

"Nantinya didampingi KDS. Kita buatkan leaflet, profil, buka WA sebab ini persoalan psikologis harus dengan pendekatan. Kalau mereka belum mau terbuka kan repot," ungkap Fauzi pada detikcom di kantornya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Apa Tantangan Terbesar Hidup sebagai Perempuan dengan HIV?"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Berita Terkait