Australia menghentikan pengembangan vaksin COVID-19 karena dilaporkan menyebabkan hasil tes human immunodeficiency virus (HIV) positif palsu. Peneliti dari CSL dan University of Queensland (UQ) menjelaskan kemungkinan ini terjadi karena vaksin menggunakan bagian kecil dari HIV.
Dalam pernyataan di situs resminya, peneliti CSL menyebut protein HIV digunakan sebagai bahan stabilizer atau penyeimbang. Vaksin tidak membuat seseorang terinfeksi HIV, hanya saja tubuh ternyata bereaksi terhadap protein tersebut dan menghasilkan antibodi pada tingkat yang membuat para relawan terdeteksi positif.
"Partisipan sudah diberitahu tentang kemungkinan ini, tapi tidak diduga antibodi yang dihasilkan cukup untuk sampai mengelabui tes HIV tertentu," tulis peneliti seperti dikutip dari CSL.com, Senin (14/12/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan dari 216 relawan dalam uji klinis vaksin. Pemeriksaan lebih jauh juga mengonfirmasi relawan tidak terinfeksi oleh HIV.
Pada akhirnya peneliti memutuskan menghentikan pengembangan vaksin agar tidak menimbulkan kecemasan dan kemungkinan mengganggu upaya deteksi kasus HIV.
"Kalau diteruskan kemungkinan vaksin akan efektif bekerja. Tapi kami tidak ingin ambil risiko, karena dengan hasil tes positif palsu ini bisa saja menimbulkan kebingungan dan keraguan," kata Brendan Murphy dari Dinas Kesehatan Australia.
(fds/kna)











































