Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan penanganan COVID-19 yang saat ini telah menginfeksi hampir 80 juta orang di seluruh dunia. Banyak tenaga kesehatan yang telah kelelahan karena hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi Corona usai.
Seorang dokter senior yang bekerja di unit perawatan intensif dari Royal Glamorgan Hospital, Inggris, bahkan mengatakan lebih sering menangis selama pandemi sepanjang karirnya.
Dr Bethan Gibson mengatakn pandemi telah membuat energi tenaga kesehatan terkuras karena tak bisa mengambil istirahat. Mereka juga mengalami kelelahan dan stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira tidak ada yang bisa membayangkan menjadi perawat unit gawat darurat khususnya saat ini. Mereka mendapat banyak tekanan karnea lebih banyak bekerja sebab pasien terus berdatangan," kata Dr Gibson dikutip dari BBC.
Kekurangan tenaga kesehatan menurutnya lebih bermasalah daripada kekurangan tempat tidur. Saat ini banyak staf rumah sakit terpaksa mengambil cuti untuk perlindungan, isolasi, kelelahan atau stres pasca-trauma.
"Tidak ada gunanya memiliki tempat tidur dan ventilator tanpa perawat dan beberapa profesional medis untuk membantu merawat pasien, dan itulah yang benar-benar kami perjuangkan, staf kami," katanya.
Dr Gibson menambahkan COVID-19 telah mengubah cara staf perawatan intensif berinteraksi dengan pasien. Staf medis melihat adanya ketakutan pasien. Meski mereka dalam keadaan sadar, tetapi diberi tahu bahwa mereka mungkin tidak dapat bertahan hidup dari penyakitnya.
"Mereka (pasien) sekarang sadar betapa parah sakit mereka. Mereka memohon dan memohon kepada kami untuk memastikan mereka tidak meninggal," ungkap Dr Gibson.
Dia menambahkan lebih dari setengah pasien COVID-19 yang berada dalam perawatan intensif meninggal, sangat tinggi dibandingkan dengan sekitar seperlima pasien sebelum pandemi.
(kna/up)











































